Djawanews - Meski program vaksinasi gencar dilakukan, efek domino dari pandemi Covid-19 masih begitu terasa. Setidaknya bagi PT Matahari Department Store Tbk (LPPF).
Kabar tidak baiknya, Matahari Department Store mencatat kinerja kurang memuaskan pada kuartal I 2021. Penjualan kotor kuartal I 'cuma' Rp2 triliun. Angka ini lebih rendah 23,6 persen dari 2020 dan 37,4 persen dari 2019 pada periode yang sama. Bisa terlihat bagaimana pandemi memukul perusahaan ini.
Seperti dilansir dari VOI yang mengutip laporan keuangan Matahari Dept Store, Senin 26 April, pendapatan bersih LPPF anjlok 24,98 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp1,16 triliun. Jumlah itu menurun 25 persen dibanding kuartal I tahun 2020 yang tercatat Rp1,55 triliun.
Pendapatan itu terdiri dari penjualan eceran. Biasanya berkontribusi besar terhadap pendapatan, turun 24,10 persen yoy menjadi Rp741,40 miliar dari sebelumnya Rp976,77 miliar. Kemudian, penjualan konsinyasi dan pendapatan jasa juga tertekan masing-masing 22,29 persen yoy dan 86,96 persen yoy.
Lalu, penjualan konsinyasi tercatat Rp416,01 miliar dari Rp535,36 miliar. Sementara, pendapatan jasa menjadi Rp4,83 miliar dari yang sebelumnya Rp37,04 miliar.
Chief Financial Officer Matahari Dept Store, Niraj Jain menjelaskan, kondisi berdampak pada SSSG (pertumbuhan penjualan toko yang sama) sebesar minus 22,3 persen dan kerugian bersih sebesar Rp95,35 miliar untuk periode 3 bulan yang berakhir pada 31 Maret 2021.
Hingga kuartal I 2021, ada 147 gerai, jumlahnya sama dengan posisi 31 Desember 2020. Jumlah itu terbagi di Sumatera 28, Jawa 86, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku 28 dan wilayah lainnya 5 gerai.
Dari 147 gerai tersebut terdapat 124 gerai reguler dan 23 gerai dalam pengawasan. Sementara itu selama kuartal I Matahari menutup 13 gerai tahun ini dan masih ada 10 gerai yang dalam pengawasan untuk kemungkinan ditutup. Meski demikian, ada satu gerai baru dibuka pada April ini yakni di Balikpapan Ocean Square.
"Bisnis selama kuartal I 2021 masih terdampak oleh PSBB ketat yang berlaku hingga 8 Februari, yang kemudian berlanjut dengan PPKM Berskala Mikro yang sampai saat ini masih diterapkan," jelas Niraj Jain, dikutip Senin, 26 April.
"Kami terus beroperasi dalam situasi makro yang menantang. Kami memastikan pengendalian yang ketat atas beban operasional dan belanja modal. Kami terus mendapat dukungan dari pemilik mal dan pemasok," ucapnya.
"Kami telah memperpanjang fasilitas pinjaman bank senilai Rp1 triliun dan mengakhiri kuartal I dengan saldo pinjaman bank sebesar Rp480 miliar. Perseroan terus mengambil posisi konservatif dalam situasi dengan ketidakpastian yang tinggi," tuturnya.