Djawanews.com – Pandemi virus corona (covid-19) tak hanya menghimpit perekonomian masyarakat, namun seluruh lapisan masyarakat, termasuk keluarga kerajaan Inggris. Keluarga Ratu Elizabeth II dilaporkan mengalami kesulitan keuangan.
Hal tersebut berawal pada Maret 2020, yaitu ketika Inggris menerapkan penguncian wilayah (lockdown) guna menghentikan atau memutus rantai sebaran covid-19. Kebijakan itu membuat mayoritas pendapatan kerajaan yang berasal dari kunjungan masyarakat umum ke istana tak teramankan.
Dikutip dari AFP, Jumat (25/09/2020), Michael Stevens, penjaga Privy Purse sekaligus bendahara Ratu Inggris, mengatakan bahwa kerugian inti keluarga Kerajaan akan mencapai nilai £15 juta selama tiga tahun ke depan.
Ketidaksehatan ekonomi juga terjadi pada bagian lain, yaitu anggaran terpisah yang digunakan untuk perbaikan jangka panjang untuk mencegah “bencana” struktur Istana Buckingham yang diperkirakan defisit £20 juta.
Stevens juga menjelaskan, pembayar pajak (penduduk Inggris) tidak diminta untuk menanggung kekurangan atas pendapatan yang telah hilang karena mereka juga sedang mengalami penurunan keuangan, atau bahkan kehilangan sumber pendapatan.
"Dalam menanggapi kedua tantangan keuangan ini, kami tidak berniat meminta dana tambahan dan akan melihat untuk mengelola dampaknya melalui upaya dan efisiensi kami sendiri," terang Stevens.
Jika Anda ingin mendapatkan informasi terkini lain tekait ekonomi, bisnis, perkembangan pasar, dan dunia usaha, ikuti terus Warta Harian Nasional Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan informasi cepat dan menarik, jangan lupa ikuti Instagram @djawanescom.