Djawanews.com – Virus corona (Covid-19) benar-benar berpengaruh terhadap keadaan ekonomi Indonesia. Sebelum Covid-19 masuk, rupiah berada di kisaran Rp14.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Ketika krisis terjadi rupiah anjlok hingga hampir menyentuh Rp17.000 per dolar AS, sebelum akhirnya kembali menguat di kisaran Rp16.000 per dolar AS.
Dalam lansiran Diplomat, James Guild, peneliti pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Asia Tenggara khususnya Indonesia, berpendapat bahwa Indonesia akan menghadapi krisis likuiditas ketika terjadi goncangan pasokan dan permintaan secara simultan jika rupiah terus terdepresiasi.
Ekonomi Indonesia Membutuhkan Stimulus Fiskal
Sudah banyak upaya dilakukan untuk mengatasi goncangan ekonomi akibat virus corona. Meski begitu, Guild berpendapat bahwa Indonesia akan memerlukan beberapa tingkat stimulus fiskal agar perekonomian tetap berjalan hingga permintaan pulih. Namun, Indonesia memiliki permasalahan.
Secara hukum pemerintah dilarang menjalankan defisit fiskal lebih dari 3% dari PDB per tahun. Ekonomi Indonesia ada di kisaran $1 triliun jadi pengeluaran defisit dibatasi di angka $30 miliar.
Menurut Guild, pemerintah Indonesia sedang mencari cara untuk menaikkan batas fiskal tersebut. Tetapi, mungkin hanya akan mencapai kisaran angka $20—30 miliar sebagai senjata fiskal yang ditujukan untuk memerangi virus corona dan mencegah keruntuhan total ekonomi Indonesia.