Djawanews.com – Sampai hari ini, keberadaan produk tembakau masih diperdebatkan dari segi guna. Sebagian masyarakat menilai bahwa rokok memiliki dampak negatif, namun sebagian lagi berpikir sebaliknya karena mampu mendatangkan hal positif, salah satunya adalah mampu menyelamatkan defisit BPJS yang tak bisa ditangani pemerintah.
Bahkan, baru-baru ini Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan bahwa rokok adalah salah satu instrumen pencipta ketidakadilan di Tanah Air.
“Rokok ikut andil menciptakan ketidakmerataan,” ungkap Menko PMK dalam diskusi daring dengan bertema “Tingkat Prevalensi Peningkatan Merokok pada Kategori Anak di Indonesia: Efek Harga dan Efek Teman Sebaya” yang dikutip Djawanews dari Antara, Kamis 27 Agustus 2020.
Hal itu disebabkan karena para perokok adalah masyarakat ekonomi menengah dan sebagian besar dari kelas bawah. Sedangkan yang mendapat keuntungan finansial dari penjualan rokok hanya sekelompok kecil, yakni perusahaan rokok. Hal itu, lanjutnya, makin menciptakan ketidakadilan yang makin tinggi di Indonesia.
Rokok juga disebut sebagai penghalang bagi kemajuan kebudayaan RI lantaran perilaku merokok dianggap mampu mengurangi nilai kebudayaan masyarakat. Karena ini Kemenko PMK berupaya menekan, mengurangi, bahkan menghapus penggunaan rokok di kalangan masyarakat.
Menko PMK juga menganggap bahwa ada tiga misi Presiden dan Wakil Presiden yang berkaitan dengan persoalan rokok. Ketiga misi tersebut yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, meningkatkan pembangunan yang merata dan berkeadilan, dan kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa. Ketiga misi tersebut juga menjadi program utama Kemenko PMK.
Di ranah peningkatan kualitas manusia Indonesia, Menko PMK menilai rokok ikut andil sebagai perintang atau penjebak dari peningkatan kualitas manusia. Terkait pembangunan merata dan berkeadilan yang rata juga dianggap demikian lantaran rokok disebut ikut andil dalam menciptakan ketidakmerataan.
Di luar dari pernyataan Menko PMK tersebut, ada banyak masyarakat yang juga bergantung pada bisnis dan keberadaan rokok. Selain petani, keberadaan rokok juga jadi satu-satunya pelipur lara bagi masyarakat kecil. Untuk mendapatkan informasi lain terkait rokok, pantau Pewarta Harian Online Djawanews.