Djawanews.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menyoroti peluang besar sektor kelautan dan pertanian Indonesia, khususnya rumput laut dan kopi, yang dinilai belum dimanfaatkan secara maksimal.
Dalam Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII di Surakarta, Jawa Tengah, Presiden Jokowi mengajak para akademisi dan ekonom untuk merancang strategi hilirisasi yang berfokus pada penciptaan lapangan kerja.
Jokowi menekankan pentingnya pendekatan yang padat karya dalam proses hilirisasi, terutama di sektor rumput laut yang memiliki potensi luar biasa.
"Tolong, ini betul-betul bisa mendesain rencana dan strateginya. Yang saya ingin adalah hilirisasi yang padat karya," katanya dilansir ANTARA.
Presiden Jokowi menekankan pentingnya manajemen yang baik untuk mengembangkan produk turunan dari rumput laut, seperti pupuk organik, kosmetik, hingga bahan bakar pesawat.
Potensi tersebut, kata Jokowi, belum pernah tersentuh oleh manajemen pengelolaan yang baik di Indonesia.
Dengan panjang pesisir mencapai 81 ribu kilometer, Indonesia memiliki potensi besar yang belum dimanfaatkan, kata Jokowi menambahkan.
"Kita tahu, Indonesia memiliki pesisir yang paling panjang nomor dua di dunia, 81 ribu kilometer. Ini sebuah potensi besar, tapi memang harus didesain, harus direncanakan, harus dibuat strategi yang benar, sehingga nanti hasilnya bisa ketemu," ujarnya.
Presiden mencatat produksi kopi nasional hanya sekitar 2,5 ton per hektare, jauh tertinggal dibandingkan Vietnam yang mencapai 8 hingga 9 ton per hektare.
"Kopi ini, saya cek, kita punya berapa hektar sih kopi? 1,2 juta hektare. Saya cek di lapangan, berapa sih produksi per hektare kita? Hanya kurang lebih 2 ton per hektare. Dua lebih sedikit, 2,3-2,5 per hektare," katanya.
Presiden Jokowi mengekspresikan keprihatinan atas posisi Indonesia di sektor pertanian kopi di saat permintaan pasar yang tinggi.
Menurut Presiden, riset dan pengembangan produk kopi di tanah air termasuk lemah, sehingga menjadi faktor utama dalam ketidakmampuan Indonesia untuk bersaing.
"Masa kita kalah dengan Vietnam? Padahal kita yang lebih dulu," katanya.
Presiden menekankan perlunya perhatian serius terhadap penguatan riset dan pengembangan agar Indonesia dapat meningkatkan produksi dan kualitas komoditas unggulannya.
Jokowi juga menyerukan peningkatan riset dan pengembangan dalam industri kakao, yang juga memiliki potensi besar.
"Kakao kita memiliki 1,4 juta hektare. Industrinya ada, tapi bahan mentah kakaonya kurang, sehingga kita justru impor, salah besar lagi," ujarnya.
Dengan strategi yang tepat, kata Presiden, sektor pertanian dan perikanan diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian nasional.
"Yang lain-lainnya masih banyak, lada, nilam, yang ini turunannya akan memberikan nilai tambah yang sangat besar," katanya.