Djawanews.com - Ramai dibicarakannya IPO PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), juga turut 'mengusik' kuping investor kawakan Lo Kheng Hong. Menurut pria yang disebut-sebut sebagai Warren Buffet Indonesia itu, dirinya tidak mau membeli saham BUKA karena tidak masuk dalam kriterianya.
"Kalau saya investor yang konservatif jadi ada kriteria dalam membeli saham salah satunya beli perusahaan yang untung besar dan valuasi yang rendah," ujar Lo Kheng Hong dalam sebuah seminar virtual, dikutip Jumat 30 Juli.
Menurut pria yang akrab disapa Pak Lo itu, ada dua kriteria yang tidak memenuhi kriteria saya yakni perusahaan masih rugi dan valuasinya tinggi. Ia menyebutkan ada tiga hal yang akan dilakukan oleh seorang investor cerdas.
Pertama, seorang investor yang cerdas akan memilih perusahaan yang dikelola oleh manajemen jujur dan berintegritas. Kedua, investor akan membeli perusahaan di bidang industri yang tepat dan bagus. Ketiga, membeli perusahaan yang mencatatkan untung besar.
"Tentu saja saya tidak membeli, kriteria saya yang ketiga tidak terpenuhi," ungkap dia.
Berdasarkan laporan keuangan perseoran Bukalapak masih mencatatkan rugi bersih. Pada 2020, rugi bersih Bukalapak mencapai Rp1,35 triliun, turun dari tahun sebelumnya Rp2,79 triliun.
Rugi bersih per saham Bukalapak yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham entitas induk Rp171,48, berkurang dari sebelumnya Rp365,79.
Selain masih merugi, menurut Pak Lo valuasi Bukalapak masih tergolong mahal bagi dirinya. Dalam laporan keuangan kuartal I 2021, Bukalapak mencatatkan pendapatan Rp423,7 miliar.
Dengan asumsi tersebut, pendapatan disetahunkan sekitar Rp1,69 triliun. Dengan demikian, perhitungan revenue per share-nya menjadi Rp1,69 triliun dibagi 103,06 miliar lembar saham, yakni Rp16 per saham. Maka harga IPO Bukalapak Rp850 merefleksikan price to sales ratio menjadi 51,7 kali.
"Valuasinya bagi saya sangat mahal, investor yang cerdas membeli valuasinya murah atau Mercy yang dijual harga Avanza," tutur Lo Kheng Hong.