Djawanews.com – Masalah pengangguran masih menjadi PR besar bagi bangsa ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2022 menunjukkan 5,83 persen dari total penduduk usia kerja sejumlah 208,54 juta orang adalah pengangguran.
Mirisnya, ternyata hampir 14 persen dari angka pengangguran tersebut merupakan lulusan diploma dan sarjana (S1).
Menanggapi hal itu, Head of Human Capital di PT Praweda Ciptakarsa Informatika dan alumnus Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNAIR 2009, Alfeus Nehemia melihatnya sebagai sebuah ironi. Bagaimana tidak, masih banyak lulusan pendidikan tinggi yang justru berakhir menjadi pengangguran.
Mengutip laman UNAIR, Alfeus mengungkap bahwa sebagai seorang Human Capital, dirinya kerap kesusahan mencari orang yang layak dipekerjakan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Banyak para pelamar kerja yang enggak relevan atau enggak dibutuhkan oleh perusahaan saat ini.
“Kalau kalian bilang susah cari kerja, kami sebagai perusahaan juga bilang susah ya cari karyawan. Akibat adanya mismatch antara keterampilan yang dibutuhkan dan yang tersedia,” kata Alfeus, dikutip pada Kamis 14 Juli.
Selain itu, lanjut Alfeus, ekspektasi penghasilan dan juga status yang tinggi dari para pelamar kerja juga menjadi sebab para lulusan menganggur. Saat lulus dari perguruan tinggi yang bergengsi, enggak sedikit para fresh graduate memiliki ekspektasi yang tinggi untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi.
Mereka terlalu percaya diri dengan melabeli dirinya sebagai fresh graduate yang tinggi padahal belum tentu memiliki kompetensi yang layak.
“Perusahaan enggak hanya melihat almamater sekolah saja, tapi juga melihat kompetensinya seperti apa, layak kita bayar tinggi atau enggak,” jelas Alfeus.
Dan alasan yang terakhir adalah terbatasnya penyedia lapangan kerja. Situasi pandemi menyebabkan banyak perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara besar-besaran. Hal ini membuat angka pengangguran dengan lapangan kerja yang ada pun juga enggak sebanding.
“Hampir 29,12 juta penduduk usia kerja terdampak pandemi. Mungkin sudah sedikit recover tapi perlu diingat, lulusan baru yang menunggu mendapatkan pekerjaan selalu bertambah setiap tahunnya,” ungkapnya.
Alfeus mengingatkan bahwa tantangan generasi muda pasca-pandemi ini dalam mencari kerja akan jauh lebih berat. Mereka harus bersaing dengan ribuan orang untuk memperebutkan lapangan kerja yang semakin sedikit.