Harga saham Garuda sempat berada di level tertingginya sebesar Rp 480 per lembar saham pada perdagangan Kamis (8/8/2019).
Harga Saham PT Garuda Indonesia Tbk kembali melonjak di akhir perdagangan pada sesi I Kamis (8/8/2019). Terpantau saham Garuda naik ke level Rp 478 per lembar saham atau tumbuh 11,16 persen.
Selama dua hari terahkir ini, saham maskapai penerbangan berpelat merah ini telah meroket sebesar 25,13 persen dari pembukaan perdagangan pada Rabu (7/8/2019) di level Rp 382 per lembar saham.
Harga Saham GIAA (kode Saham Garuda Indonesia) sempat berada di level tertinginya pada perdangan hari ini yakni di level Rp 480 per lembar saham dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 12,37 triliun.
Lantas, apa penyebab harga Saham PT Garuda Indonesia melonjak tajam?
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, saham maskapai penerbangan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini ditransaksikan sebanyak Rp 59,11 miliar dengan volume perdagangan sejumlah 125,75 juta saham.
Dalam setahun terahkir, Saham Garuda Indonesia telah menghasil capital gain sebesar 104 persen. Padahal, Saham GIAA sempat terlunta-lunta setelah memanipulasi laporan keuangan 2018.
Akan tetapi, setelah GIAA mendapatkan sanksi dari Kementerian Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk membuat kembali laporan keuangan 2018 dan membayar sejumlah denda, saham milik Garuda kembali merangkak naik.
Sebagai catatan, Garuda Indonesa baru saja menyampaikan laporan keuangan di semester I/2019. Dalam laporan tersebut, sepanjang Januar-Juni 2019, GIAA kembali menorehkan laba sebesar 24,11 juta dollar Amerika Serikat (AS).
Laba bersih perseroan berhasil diperoleh Garuda pada periode yang sama GIAA mengalami kerugian sebesar 116,85 juta dollar AS.
Dengan begitu, pendapatan perseroan sedikit terkerek sebesar 9,74 persen secara Year on Year (YoY) menjadi 2,19 miliar dollar AS atau tumbuh dari 1,99 miliar dollar AS.
Sejak Semester I/2019, GIAA telah berjuang keras untuk melakukan perbaikan dengan menurunkan beban usaha. Langkah Garuda ini membuahkan hasil dan beban usaha menjadi turun dari 2,14 miliar dollar AS menjadi 2,10 miliar dollar AS.
Adapun sektor-sektor yang mengalami penurunan beban seperti beban operasional penerbanganm beban bandara, beban pelayanan penumpang, beban administrasi umum dan beban operasional jaringan.
Adapun katalis negatif yang diprediksi bakal berpengaruh terhadap harga saham PT Garuda Indonesia adalah berita tentang pemeriksaan mantan Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar dan Mantan Direktur Utama Mugi Rekso Abadi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi terkait kasus suap yang dilakukan oleh Garuda.