Kebijakan B30 yang akan dirilis akhir tahun 2019 ini ternyata banyak memberikan manfaat. Selain dapat menekan ketergantungan impor minyak, B30 juga dapat menghemat devisa negara. Tidak tangung-tanggung, puluhan triliun dapat dihemat!
Berdasarkan data yang diperoleh CNBC Indonesia, perkiraan penghematan devisa negara ketika program B30 berjalan adalah sebesar US$5,13 miliar atau setara dengan Rp74,93 triliun.
B30 Hemat Devisa Negara Hingga Rp74,93 Triliun
Pada tahun-tahun sebelumnya pemerintah telah menjalankan kebijakan B20. Di tahun 2019 atas program tersebut, diperoleh penghematan devisa sebesar US$3,54 miliar atau senilai Rp51,73 triliun. Kemudian pada tahun 2018 penghematan devisa mencapai US$1,89 miliar atau senilai Rp26,67 triliun.
Terkait dengan penghematan devisa atas kebijakan B30, Deputi Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud angkat bicara. Sebagaimana dilaporkan CNBC, Machmud mengatakan jika Indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia dan hal tersebut adalah peluang penggunaan biodiesel.
Sebagaimana diketahui, B30 yang merupan percampuran solar dengan minyak hasil olahan kelapa sawit, juga dapat membantu para petani yang beberapa waktu lalu mengalami krisis akibat harga crude oil anjlog.
B30 Untungkan Sektor Kelapa Sawit
Machmud menyatakan terdapat negara-negara seperti India, China, dan negara-negara Eropa yang menjadi tujuan ekspor dengan nilai mencapai US$21,4 miliar. Dengan demikian ketika pemerintah mengalakkan B30, para petani kelapa sawit akan sejahtera.
Produksi kelapa sawit di Indonesia tergolong besar, dengan melibatkan tenaga kerja sebanyak 5,5 juta pekerja, menurut Machmud telah terjadi peningkatan tenaga kerja sebesar 10,8 persen.
Pengelolaan perkebunan kelawa sawit di Indonesia, menurut Machmud di kemudian hari akan memiliki dampak ganda. Pertama dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kedua dapat menjadi kunci untuk pengendalian perubahan iklim.
Kelapa Sawit, Solusi Global Warming?
Temuan dari Gabungan Kelapa Sawit Indonesia tentu mematahkan dampak negatif perkebunan kelapa sawit yang diketahui banyak orang saat ini. Melalui lamannya Gapki.id, industri kelapa sawit terbukti efektif menjaga perubahan iklim atau global warming.
Penelitian tersebut menyatakan terdapat dua metode adanya industri kelapa sawit dalam menjaga perubahan iklim. Pertama, pengurangan emisi karbon, kedua adalah pengurangan penggunaan sumber energi fosil.
Gapki berargumen jika adanya perkebunan kelapa sawit, maka akan efektif dalam menyerap gas karbon. Kemudian beriringan dengan kebijakan pemerintah B30, maka crude oil yang dihasilkan perkebunan kelapa sawit akan menekan ketergantungan terhadap pengunaan bahan bakar fosil.
Namun yang perlu untuk digarisbawahi selama ini adalah berkaitan dengan analisa dampak lingkungan hidup (amdal) bagi perkebunan kelapa sawit yang harus lebih dibuat peraturan lebih ketat.
Meskipun mendukung program B30 dan menyejahterakan masyarakat (yang bergerak dalam perkebunan sawit), pekerjaan pemerintah berikutnya adalah melakukan kontrol pada pengeolahan limbah di setiap perkebunan kelapa sawit yang ada.