Kabar gembira bagi migas Indonesia khususnya di Jawa Tengah, baru-baru ini PT Pertamina (Persero) Unit Pengolahan IV Cilacap melakukan ekspor perdana avtur ke Singapura dengan nilai US$ 15 juta yang menyebabkan kinerja ekspor migas di Jawa Tengan melonjak.
Ekspor perdana avtur dari Pertamina Unit IV Cilacap dilakukan pada akhir Agustus 2019 dengan volume eskpor mencapai 200.000 barel dengan nilai US$ 15 juta atau jika dirupiahkan menjadi Rp 213 miliar.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyebutkan bahwa Pertamina akan terus melakukan perluasan pasar avtur sesuai dengan perkembangan kilang minyak.
“Ekspor avtur ini merupakan bagian dari cita-cita Pertamina untuk zero impor avtur yang telah terealisasi sejak 1 April 2019. Sehingga [produksi avtur di dalam negeri] bisa menghemat devisa,” dilansir dari Bisnis.com.
Pertamina Unit IV Cilacap ekspor avtur ke Singapura.
Jika optimalisasi ini berjalan dengan baik maka kedepannya bisa dipastikan bahwa pasokan produk bahan bakar pesawat akan terus mengalami surplus secara berkelanjutan.
perta
Pertamina juga telah menyelesaikan proyek strategisnya, yakni Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC). Artinya, kapasitas kilang Cilacap meningkat tajam menjadi 1,6 juta barel per bulan dengan produksi BBM standar Euro 4.
Dikutip dari laman resmi perusahaan, Unit Pengolahan IV Cilacap merupakan salah satu dari 7 jajaran unit pengolahan di Tanah Air, yang memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 348.000 barel per hari, dan terlengkap fasilitasnya.
Kilang yang berlokasi di selatan Jawa Tengah ini bernilai strategis, karena memasok 34 persen kebutuhan BBM nasional atau 60 persen kebutuhan BBM di Pulau Jawa.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah Arif Sambodo menyampaikan adanya pengapalan perdana avtur dari Pertamina ke luar negeri membuat peta komposisi ekspor Jateng berubah drastis.
Pada Juli 2019, ekspor migas melonjak menjadi US$208,04 juta dari bulan sebelumnya yang hanya sebesar US$1,66 juta. Sepanjang Januari—Juli 2019, total ekspor migas mencapai US$236,19 juta, naik 75,07 persen year on year (yoy) dari sebelumnya US$134,91 juta.
Perkembangan ini akan coba terus dimaksimalkan agar nantinya bisa menghemat devisa karena produksi avtur di dalam negeri berlebih.