Ketatnya persaingan penghimpunan DPK membuat Bank Mandiri harus menaikkan suku bunga deposito.
PT Bank MandIri (persero) Tbk. akan menaikkan suku bunga deposito untuk meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Bank Mandiri akan memfokuskan pada kenaikan bunga special rate atau special deposito
Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, beberapa Bank mengalami kenaikan biaya dana sebab kenaikan suku bunga dan persaingan penghimpunan dana masyarakat sejak tahun lalu.
kenaikan suku bunga deposito Bank Mandiri ini karena mengikuti perkembangan pasar.
Panji Mengatakan, Bank Mandiri tidak menerapkan strategi bunga special rate di tahun 2018. Namun di tahun ini, penerapan langkah tersebut menjadi suatu hal yang tak terhindarkan.
Panji menambahkan, ketatnya likuiditas membuat pihaknya menerapkan strategi special rate untuk dapat menghimpun dana masyarakat.
“Sebagian suku bunga DPK valas juga terpaksa kami sesuaikan,” terang Panji beberapa waktu lalu, seperti di kutip dari Bisnis.com
Selain itu, Bank Mandiri juga turut menaikkan yield of loan sebesar 10 bps menjadi 8,3 persen dari sebelumnya 8,2 persen.
Kenaikan itu dilakukan Bank Mandiri untuk mengindari tekanan yang lebih tinggi dari net interest margin (NIM). Adapun kenaikan biaya dana (Cost of Fund/CoF) akan dikompensasikan melalui strategi pengelolaan likuiditas dari instrumen jangka pendek ke obligasi jangka menengah panjang.
Diharapkan dari upaya tersebut, CoF tetap berada di Level 2,9 persen serta NIM tidak terjun bebas dari 5,80 persen pada bulan Maret 2018 menjadi 5,66 persen di Kuartal I 2019.
Di sisi lain, Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin berpendapat, strategi menaikkan suku bunga deposito tersebut harus dilakukan secara cermat agar beban biaya yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi.
“Jika ingin DPK tumbuh dengan cepat, maka tinggal menaikkan suku bunga, namun tetap harus dilihat bagaimana imbal baliknya,” kata Badruddin.
Pada akhir Maret 2019 lalu, Bank Mandiri berhasil membukukan penghimpunan DPK sebesar Rp 827,8 triliun, angka ini meningkat sebesar 7,6 persen Year on year (YoY) atau senilai Rp 58,5 triliun.
Sedangkan tabungan untuk surat berharga naik 6,2 persen YoY menjadi Rp 303 triliun. dan tabungan valuta asing atau Valas meningkat 10,3 menjadi Rp 27,7 triliun.
Untuk Giro rupiah meningkat 6 persen YoY menjadi Rp132,3, triliun serta Giro valas merosot 14 persen menjadi Rp 52,8 triliun. adanya pelemahan ini disebabkan oleh aksi nasabah yang mengalihkan dana dari giro menuju deposito valas.
Hasilnya dana mahal valas mengalami peningkatan sebesar 96,1 persen menjadi Rp 50,6 triliun. adapun deposito rupiah meningkat sebesar 5,8 persen menjadi Rp 260,7 persen.
Asal tau saja, Bank Indonesia mencatat penghimpunan DPK pada Maret 2019 dalam instrumen tabungan serta giro mengalami kenaikan. Adapun instrumen deposito justru tengah melambat.
Adanya pertumbuhan penghimpunan DPK ini membuat Bank Mandiri tidak punya pilihan lain untuk mengikuti perkembangan pasar dan menaikkan suku bunga deposito.