Djawanews.com – Kepala Ekonom Bank Dunia regional Indonesia dan Timor Leste Habib Rab mengatakan pandemi COVID-19 membawa dampak yang parah bagi perekonomian setiap negara, tak terkecuali Indonesia.
“Dampak jangka pendek dari COVID ini ada dan sudah dilihat dan ada risiko dampak yang akan bertahan lama, terkait pengangguran meningkat dan penurunan investasi. Kita lihat ada penurunan pertumbuhan potensional terus menurun,” tutur Rab, saat menyampaikan laporan prospek ekonomi Indonesia secara virtual, Kamis 16 Desember.
Terkait hal itu, kata Rab, pemerintah perlu untuk segera mengidentifikasi lebih rinci mengenai permasalahan tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran pada Agustus mencapai 9,1 juta orang atau secara persentase mencapai 6,49%.
Adapun sebelum pandemi, angka pengangguran berada di kisatan 7,1 juta orang. Dengan kata lain, ada 2 juta orang yang menganggur karena pandemi COVID-19.
“Dampaknya pada pasar tenaga kerja dan tenaga kerja muda dan lulusan sarjana baru,” ucapnya.
Bank Dunia juga melihat adanya penurunan 14% dari keikutsertaaan pekerja dalam pendidikan dan pelatihan selama pandemi COVID-19. Hal tersebut memungkinkan terjadinya penurunan kualitas pekerja.
“Pesan utamanya, banyak tenaga kerja keluar dari pasar ketenagakerjaan dan tidak terlibat dalam pendidikan dan pelatihan selama pandemi,” papar Rab.
Bank Dunia mengharapkan adanya reformasi struktural, dari pemerintah, salah satunya menciptakan iklim bisnis yang kondusif sehingga adanya peningkatan investasi. Sehingga lebih banyak lapangan kerja tercipta dan mengurangi pengangguran.
Tidak hanya itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) juga patut terus dilakukan. Baik dari sisi pendidikan formal maupun pelatihan khusus yang melibatkan sektor swasta dalam dan luar negeri.
“Reformasi struktural akan bisa memperdalam dampak positif dari kebijakan makroekonomi kita,” pungkasnya.