Djawanews.com – Bak mendapat 'durian runtuh', Harga komoditas internasional meningkat saat pandemi COVID-19. Saat negara lain kesulitan mencari uang untuk menutupi anggaran, Indonesia bisa terima cuan sambil goyang-goyang kaki.
Tidak tanggung-tanggung penerimaan negara tahun ini diyakini bisa mencapai target Rp1.743,6 triliun.
"Kita memperkirakan hingga akhir tahun seluruh penerimaan negara akan melebihi target APBN," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa, 21 Desember.
Beberapa pos penerimaan sudah mencapai target hingga akhir November 2021. Seluruhnya disebabkan oleh lonjakan harga komoditas, terutama batu bara dan minyak kelapa sawit yang harganya alami kenaikan dalam setahun terakhir.
Lihat saja penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tumbuh 25,4% menjadi Rp382,5 triliun atau 128,3% dari target APBN. Kenaikan ditopang oleh pendapatan SDA migas 24,7% dan non migas 86,9% di mana masing-masing sudah berada di atas target
Sementara itu untuk kepabeanan cukai mencapai Rp232,3 triliun atau tumbuh 26,6% yoy. Realisasi ini bahkan sudah dulu melebihi target, yakni 108%.
Meskipun penerimaan pajak belum capai target, tapi masih ada sisa waktu 2 minggu ke depan untuk menerima setoran. Seperti biasa, akhir tahun, penerimaan pajak selalu melonjak drastis.
Penerimaan pajak tumbuh 17% mencapai Rp1.082,6 triliun atau 88% dari target. Kenaikan tertinggi ada pada PPh migas dengan 57,7% dan non migas tumbuh 12,6%. PPN tumbuh 19,8% dan PBB tumbuh minus 6,2% dan pajak lainnya tumbuh 79,7%.
Dirjen Pajak Suryo Utomo meyakini adanya faktor kenaikan harga komoditas dalam penerimaan negara. Apalagi dalam beberapa waktu terakhir petugas pajak memang fokus mengejar penerimaan di sektor pertambangan dan perkebunan.
"Kami pengawasan ke sektor-sektor alami perbaikan di masa pandemi. Di samping itu pengajuan kepatuhan pengawasan karena ada WP yang ada pajak mesti dibayar lagi ke negara," tandasnya.