Djawanews - Ketika Yenny Wahid ditunjuk sebagai komisaris Garuda Indonesia, pandemi sudah menimpa Indonesia. Berbagai strategi efisiensi sudah dilakukan oleh maskapai ini sejak jauh-jauh hari.
Kepada djawanews, Yenny bercerita kalau sejak masuk Garuda Indonesia dia sudah merasakan pemotongan gaji.
"Karena saya masuk di kala pandemi," kata putri Presiden Abdurrahman Wahib (Gus Dur) kepada tim djawanews, Jumat (4/6/2021).
Perempuan kelahiran Jombang, 29 Oktober 1974 ini bilang kalau pemotongan gaji ini merupakan usulan dewan komisaris. Tujuannya pasti untuk bisa meringankan beban perusahaan.
Soal tiket penerbangan, Yenny juga bilang kalau tidak ada yang spesial meski dia menjabat sebagai Komisaris independen. Selain Yenny Wahid, jajaran komisaris Garuda ada Peter Frans Gontha, Elisa Lumbantoruan, Chairal Tanjung, dan Triawan Munaf sebagai Komisaris Utama.
"Sejak awal menjadi komisaris, saya selalu membayar tiket Garuda ketika bepergian," papar Yenny.
"Jatah tiket gratis kalau tidak salah hanya sekali saja, tapi sampai sekarang belum saya ambil," kata pemilik nama lengkap Zannuba Arifah.
Buat Yenny, dia masih yakin kalau Garuda Indonesia bisa diselamatkan dari jerat utang. Cara paling mudah adalah, kalau semua pihak mau berkorban.
"Dan kami para komisaris mengawali pengorbanan itu dengan bersedia tidak menerima gaji," tandasnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir berencana memangkas jumlah komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk jadi tinggal dua atau tiga saja. Menurut Erick, pemangkasan jumlah komisaris merupakan bagian dari efisiensi perusahaan yang saat ini terdampak pandemi covid-19. Ia meminta waktu dua minggu untuk mengeksekusi rencana tersebut dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perseroan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan utang perseroan mencapai Rp70 triliun dan bertambah Rp1 triliun setiap bulannya. Tumpukan utang tersebut disebabkan pendapatan perusahaan tidak menutupi pengeluaran operasional, alias besar pasak daripada tiang.
Irfan memproyeksikan pendapatan Mei 2021 hanya sekitar US$56 juta. Saat yang bersamaan Garuda Indonesia masih harus membayar sewa pesawat US$56 juta, maintenance (perawatan) pesawat US$20 juta, avtur US$20 juta, dan gaji pegawai US$20 juta.