YBHI membangun pusat studi dan rehabilitasi untuk memastikan terumbu karang di Celukan Bawang tetap aman. Langkah YBHI didukung penuh oleh Bupati Buleleng dan PT GEB.
Pantai Celukan Bawang, Buleleng, Bali, tidak hanya jadi aset yang berharga bagi pariwisata, namun juga bagi ilmu pengetahuan. Di wilayah tersebut sedang dilakukan sebuah penelitian yang melibatkan biota laut yang ada di sekitar PLTU. Penelitian dilakukan oleh Yayasan Bumi Hijau Indah atau YBHI yang melakukan penelitiannya sejak tahun 2015 lalu.
Penelitian itu memiliki dua tujuan, selain menjadi sebuah tolak ukur keamanan biota laut, penelitian diharapkan mampu menemukan hal baru. Terbukti, YBHI sebagai yayasan yang berfokus pada lingkungan menemukan beberapa biota laut yang berpotensi menyandang predikat sebagai spesies baru.
YBHI Temukan Spesies Kuda Laut Baru di Sekitar PLTU
Hasil penelitian dan laporan penemuan spesies baru di Celukan Bawang disampaikan dalam acara peresmian Yayasan Bumi Hijau Indah di Buleleng, Bali, Senin (25/11). Acara tersebut juga memamerkan berbagai jenis terumbu karang dan ikan yang didisplai dalam akuarium.
Terkait spesies baru temuan YBHI, Dodi Prasetia selaku ketua yayasan menyampaikan bahwa saat ini pihaknya sedang melakukan tahap penelitian lebih lanjut. Hal itu dilakukan agar mereka dapat lebih memastikan lagi informasi terkait spesies baru tersebut.
Dodik mengungkapkan, salah satu spesies yang berhasil menarik perhatian timnya adalah sepasang spesies kuda laut hitam yang ditemui di perairan Celukan Bawang. Ia menilai, spesies kuda laut hitam temuannya terhitung langka, bahkan belum masuk ke dalam buku-buku penelitian.
Tidak hanya kuda laut hitam, YHBI juga menemukan beberapa biota laut lain seperti terumbu karang dan soft coral. Keduanya juga dinilai berpotensi menyandang sebagai spesies jenis baru di wilayah Celukan Bawang.
Dodik dan tim YBHI juga melakukan penelitian terkait dampak keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terhadap terumbu karang di di Pantai Celukan Bawang. Berdasarkan hasil yang diperoleh, keberadaan PLTU Celukan Bawang tidak mengurangi kesuburan dan keselamatan terumbu karang di wilayah perairan tersebut. Hal itu didasarkan pada penemuan karang-karang kecil yang baru berumur 4-5 tahun.
“Kalau kita turun (ke laut) sekarang, karang-karang kecil yang umurnya 4-5 tahun itu lagi banyak-banyaknya. Berarti itu kan mulai dari awal dia (PLTU) melaksanakan pembangunan,” kata Dodik.
Diduga, fenomena tersebut terjadi karena suhu air yang berubah menjadi hangat karena adanya PLTU. Suhu hangat secara tidak langsung menambah kesuburan terumbu karang.
“Itu (pembuangan panas) kan efek dari pendinginan. Airnya pasti panas. Tapi bagusnya panas mereka itu ada di permukaan. Jadi mereka cepat menguap ke atas, tidak berpengaruh pada level air di bawahnya,” kata pemimpin YBHI sekaligus dosen di Universitas Pendidikan Ganesha itu.
“Dan ternyata ya itu, tidak tahu kenapa, lingkungan mendukung, pembuangan air panasnya juga stabil, sehingga terumbu karangnya bagus,” tambahnya lagi.
Kegiatan yang dicanangkan oleh YBHI itu juga mendapat dukungan dari PT General Energy Bali dan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana. Saat memberikan sambutannya, Agus berharap agar di Celukan Bawang dibangun pusat studi dan rehabilitasi. Selain itu ia juga berharap agar PLTU Celukan Bawang tetap mendukung upaya pelestarian lingkungan dan melibatkan masyarakat secara aktif.
“Diharapkan PT GEB, tak cuma pusat rehabilitasi saja, tapi bisa membangun jauh di ujung sana rumpon-rumpon untuk nelayan tetep bisa mencari ikan. Jadi combine di sini tidak diganggu diberikan ruang di kejauhan untuk membangun rumpon mereka bisa memancing,” kata Agus setelah acara peresmian YBHI.