Djawanews.com – WHO mengutuk keras serangan Israel terhadap Rumah Sakit Al Ahli Al-Arabi di utara Jalur Gaza. Pasalnya, rumah sakit tersebut masih beroperasi, dengan pasien, penyedia layanan kesehatan dan perawatan, serta pengungsi internal berlindung di sana.
Laporan awal menyebutkan ratusan orang tewas dalam serangan tersebut. Sementara evakuasi tidak mungkin dilakukan mengingat ketidakamanan saat ini, kondisi kritis banyak pasien, dan kurangnya ambulans, staf, kapasitas tempat tidur, sistem kesehatan, dan tempat penampungan alternatif bagi mereka yang mengungsi.
Palestina dan Israel saling menyalahkan terkait serangan tersebut. Pada jam-jam pertama setelah ledakan, seorang kepala pertahanan sipil Gaza mengatakan 300 orang tewas, sementara sumber kementerian kesehatan menyebutkan angkanya 500 orang.
Itu juga dikatakan menjadi insiden paling berdarah di Gaza, sejak Israel melancarkan kampanye pengeboman terhadap Jalur Gaza, sebagai pembalasan atas serangan mematikan lintas perbatasan Hamas di wilayahnya pada 7 Oktober.
"Serangan ini skalanya belum pernah terjadi sebelumnya," kata Richard Peeperkorn, Perwakilan WHO untuk Tepi Barat dan Gaza, melansir Reuters 18 Oktober.
"Kami telah melihat serangan yang konsisten terhadap layanan kesehatan di wilayah Palestina yang diduduki," sambungnya.
Peeperkorn mengatakan, sejauh ini telah terjadi 51 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza, yang menewaskan 15 petugas kesehatan dan melukai 27 lainnya.
Sementara itu, Direktur Regional WHO untuk Mediterania Timur Ahmed Al-Mandhari mengatakan, ada pasien, petugas kesehatan dan pengungsi internal di rumah sakit ketika serangan terjadi.
"Rumah sakit itu adalah satu dari 20 rumah sakit di utara Jalur Gaza yang menerima perintah evakuasi dari militer Israel," ungkapnya.
"Perintah evakuasi tidak mungkin dilakukan mengingat ketidakamanan saat ini, kondisi kritis banyak pasien dan kurangnya ambulans, staf, kapasitas tempat tidur sistem kesehatan hingga tempat penampungan alternatif bagi mereka yang mengungsi," urai Al-Mandhari.
Sedangkan Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO Mike Ryan mengatakan, adalah tindakan yang "tidak manusiawi" jika membiarkan petugas kesehatan di Gaza menghadapi dilema dalam merawat pasien mereka atau melarikan diri untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri. Dia mengatakan, para dokter dan perawat lebih memilih pasien mereka daripada diri sendiri.
"Sangat jelas bagi semua pihak yang berkonflik di mana fasilitas kesehatan berada," terang Ryan.
"Sangat jelas bahwa layanan kesehatan bukanlah sebuah target. Hal ini telah diabadikan dalam hukum humaniter internasional. Dan kita melihat hal ini berulang kali dilanggar selama seminggu terakhir. Dan hal ini harus dihentikan. Hal ini harus dihentikan," tegasnya.