Djawanews.com – Korban terluka akibat konfrontasi antara Hamas dengan Israel di Gaza mencapai 9.600 orang, menurut pernyataan Kementerian Kesehatan pada Minggu, 15 Oktober. Menyusul pernyataan tersebut, diumumkan kebutuhan donor darah “sangat mendesak” untuk para korban yang terluka.
"Kementerian Kesehatan meminta publik untuk segera mendonorkan darah mereka ke Rumah Sakit Shifa, seluruh rumah sakit di Jalur Gaza, dan cabang-cabang Asosiasi Bank Darah," bunyi pernyataan yang dikeluarkan kementerian.
Pernyataan tersebut dikeluarkan di tengah pengeboman oleh Israel di Gaza yang terus berlanjut, dimana rumah sakit-rumah sakit berjuang menyelamatkan yang terluka setelah diserang seminggu lebih, sementara pasokan air dan listrik dihentikan.
Operasi darat Israel juga diperkirakan akan segera dimulai.
Pekan lalu, di tengah peningkatan ketegangan Timur Tengah yang dramatis, pasukan Israel meluncurkan serangan militer berkelanjutan dengan penuh kekuatan di Jalur Gaza, sebuah balasan atas serangan militer oleh kelompok Hamas Palestina di wilayah Israel.
Konflik dimulai ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa melawan Israel, sebuah serangan mendadak ke segala penjuru termasuk rentetan peluncuran roket dan penyusupan ke Israel melalui darat, laut, dan udara.
Hamas mengatakan operasi tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi dengan sasaran Hamas di Jalur Gaza.
Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang telah mengalami pengepungan yang melumpuhkan sejak tahun 2007, serta memerintahkan lebih dari 1 juta warga Gaza di jalur utara untuk mengungsi ke wilayah selatan.