Sektar 300 orang diamankan polisi terkait kericuhan aksi 22 Mei
Terjadi bentrok antara peserta aksi massa yang memprotes hasil Pemilu 2019 dengan petugas kepolisian di depan Gedung Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat Rabu (22/5/2019).
Situasi malam itu pun tampak mencekam. Polisi mencoba memukul mundur peserta aksi dengan menembakkan gas air mata dan suar.
Polri menyebut, aksi massa memprotes hasil Pemilu 2019 berlangsung ricuh disebabkan oleh penumpang gelap.
Awalnya aksi unjuk rasa terhadap hasil pemilu tersebut berlangsung damai pada selasa malam. Bahkan petugas kepolisian dan peserta aksi pun kompak melakukan sholat jamaah.
Pada pukul 20.00 WIB sebagaian massa aksi membubarkan diri, namun sebagianya lagi menolak untuk bubar.
Kemudian Massa berulah anarkis sekitar sekitar pukul 23.00 WIB di depan Gedung Bawaslu. Pagar besi milik petugas pun dirusak.
Tak sampai di situ saja, Massa yang sudah rusuh memprovokasi petugas kepolisian dengan melempari benda seperti batu dan petasan.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal mengatakan, Polisi mencoba mendorong massa ke jalan sabang dan wakhid hasyim, alih-alih bersikap kooperatif, masa malah menyerang petugas.
“Tak hanya dengan kata-kata, tapi juga dengan batu dan petasan ukuran besar,” terang Iqbal di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (22/5/2019).
Akibatnya petugas memukul mundur massa hingga tercerai-berai. Para peserta aksi berlarian menuju Jala Sabang serta gang-gang kecil di sekita lokasi.
Pada pukul 03.00 WIB dini hari, muncul demonstran lain dengan jumlah 200 orang yang diduga berasal dari luar Jakarta dan berkumpul di Jalan KS Tubun, Jakarta Barat.
“Diduga ini sudah disiapkan dan di-setting,” kata Iqbal.
Selanjutnya Petugas Kepolisan bersama tokoh masyarakat dan pemuka FPI mencoba membujuk masa tersebut. akan tetapi, massa kemudian beralih ke asrama Brimob yang terletak di kawasan Petamburan.
“Mereka menyerang asrama Brimob dengan lempatan batu, bom Molotov, petasan dan botol-botol,” ungkap Iqbal.
Petuga kemudian menghalau sejumlah demonstran rusuh dengan gas air mata. Namun tembakan gas air mata tak membuat mereka surut. Massa justru mendesak masuk ke asrama Brimob, serta merusak properti warga dan membakar kendaraan yang terparkir.
“Total mobil yang dirusak ada 11 unit, dengan tingkat kerusakan yang berbeda. Dan jumlah mobil yang terbakar ada 14 unit. Selain itu ada juga truk Dalmas, mobil Dalmas dan 11 unit mobil umum,” ungkap Iqbal.
Akibat dari kerusuhan ini sejumlah orang mengalami luka-luka baik bahkan meninggal dunia. Namun pihak kepolisian masih akan menyelidiki kasus ini terlebih dahulu.
“Ada sejumlah demonstran yang terluka dan sedang kami cek dan investgasi. Ada juga yang meninggal dunia, sedang kami cek,” kata Iqbal.
Kerusuhan masih terus berlanjut hingga dini hari. Sejumah lokasi lain ikut terkena imbas dari kericuhan itu. Akan tetapi kercuhan sepanjang hari selasa bukan berasal dari massa yang pertama.
Kapolri Jendral (Pol) Tito Karnavian mengatakan, aksi massa berlangsung dengan damai pada segmen yang pertama. “Di segmen kedua, aksi langsung anarkis oleh sekelompok orang yang menyerang,” katanya di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta.
Setidaknya ada 300 orang yang diamankan terkait kerusuhan aksi Jakarta. Polisi membawa mereka ke Direktorat Reserse kriminal Umum Polda Metro Jaya dan sedang menginvestigasinya.
Menjelang akhir aksi 22 Mei di depan Gedung Bawaslu, Jakarta, Kericuhan kembali terjadi. Massa aksi melempari aparat kepolisisan dengan botol, bambu dan sejumlah barang lainya.
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Harry urniawan berulangkali mengajak peserta aksi serta anggotanya untuk tdak tepancing.
“Jangan tembak gas air mata, jangan lakukan itu,”ujar harry melalui pengeras suara Rabu (22/5/2019).
Akan tetapi massa aksi justru semakin berulah dan tidak mengindahkan seruan kapolres tersebut serta terus menyerang aparat dengan lemparan batu, botol hinga petasan.
Kapolres juga berulang kali mengimbau Moh. Jumhur Hidayat selaku Koordinator Gerakan Nasional Kedaulatan rakyat (GNKR) yang juga pernah menjabat sebagai Kepala BNP2TKI.
“Pak jumhur tolong bantu kami, TNI dan Polri juga bagian dari masyarakat,” ujar harry.
Ajakan itu diucapkan Harry selama 20 menit. Kemudian massa kembali tenang dan kericuhan menjadi berkurang.
Hingga kamis pagi, massa aksi yang memprotes hasil Pemilu 2019 yang ditetapkan oleh KPU masih terus berlanjut. Polisi mengerahkan sekitar 50 ribu personel gabungan TNI-Polri untuk mengamankan aksi tersebut.