Djawanews.com – Seorang pengecer minyak goreng di Banten, Aawaludin (38), terbukti melakukan manipulasi takaran pada dua merek minyak goreng yakni MinyaKita dan Djernih. Selama tiga bulan, dari Januari hingga Maret 2025, pelaku berhasil meraup keuntungan hingga Rp135 juta, atau sekitar Rp45 juta per bulan.
"Dari hasil pemeriksaan, pelaku sudah melakukan kegiatannya dari Januari sampai dengan Maret, kurang lebih 3 bulan. Pelaku mendapatkan keuntungan tiap bulannya Rp45 juta," kata Wadirreskrimsus Polda Banten, AKBP Wiwin Setiawan, di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Rabu, 12 Maret.
Modus Penjualan Minyak Goreng
Menurut Wiwin, Aawaludin menjual minyak goreng yang volumenya telah dikurangi kepada sejumlah agen di wilayah Tangerang dan Serang. Harga jual per karton atau dus (isi 12 botol kemasan 1 liter) minyak goreng merek MinyaKita adalah Rp176 ribu. Sementara, minyak goreng merek Djernih dengan kemasan 900 mililiter dijual seharga Rp182 ribu per karton/dus.
Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk MinyaKita adalah Rp15.700 per liter, tetapi pelaku menjualnya dengan harga lebih murah, yaitu Rp14.500 per liter.
Barang Bukti dan Sumber Kemasan
Pelaku mendapatkan kemasan dari PT. Artha Eka Global Asia KPC Kalampean. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kemasan tersebut tidak memiliki SPPT SNI, izin edar dari BPOM, maupun sertifikat halal. Selain itu, isi berat bersih dari setiap kemasan yang seharusnya 1.000 mililiter ternyata hanya sekitar 716-750 mililiter.
Pengungkapan Kasus dan Barang Bukti
Polisi menemukan 13 ton minyak mentah atau minyak curah yang hendak dikemas dan dipasarkan. Modus pengurangan volume dalam setiap kemasan 1 liter yaitu sebanyak 220-300 mililiter, berdasarkan uji lab Metrologi Banten.
Penindakan Lebih Lanjut
Kapolda Banten, Irjen Pol Suyudi Ario Seto, menyatakan bahwa pihaknya akan menindaklanjuti kasus ini hingga ke tingkat produsen jika ditemukan keterlibatan mereka dalam pengurangan volume minyak goreng.
"Sudah dilakukan pemeriksaan ke beberapa pedagang dan ada yang sudah ditahan. Mulai dari pengecer dan kita akan naikkan ke tingkat produsen," kata Suyudi. "Kalau nanti ada sumber lain, pasti kita akan menindaklanjuti juga. Tim juga masih ada di lapangan, khusus untuk pengembangan terkait MinyaKita," tambahnya.