Djawanews.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerima Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Selasa, 4 Februari. Pertemuan tersebut membahas masa depan gencatan senjata Gaza, strategi untuk melawan Iran dan harapan untuk dorongan baru bagi kesepakatan normalisasi Israel-Arab Saudi.
Berkaitan dengan Gaza, Trump mengusulkan pemindahan permanen warga setempat, namun menolak pembangunan permukiman Yahudi di sana.
Menyebut Gaza sebagai 'lokasi pembongkaran', Presiden Trump mengulangi seruannya kepada Yordania, Mesir dan negara-negara Arab lainnya untuk menerima warga Gaza.
Ia mengatakan, warga Palestina di wilayah kantong itu tidak punya pilihan selain meninggalkan daerah tersebut yang harus dibangun kembali setelah hampir 16 bulan perang.
"Itu adalah lokasi pembongkaran," kata Presiden Trump, melansir Reuters 5 Februari.
"Jika kita dapat menemukan sebidang tanah yang tepat, atau banyak sebidang tanah, dan membangun tempat yang sangat bagus untuk mereka dengan banyak uang di daerah itu, itu sudah pasti. Saya pikir itu akan jauh lebih baik daripada kembali ke Gaza," urainya.
"Saya tidak tahu bagaimana mereka (Palestina) bisa tetap tinggal," jawab Presiden Trump ketika ditanya tentang reaksi para pemimpin Palestina dan Arab terhadap usulannya.
Dengan Netanyahu di sampingnya di Ruang Oval, Trump kemudian membuat pernyataan serupa tetapi menyarankan agar warga Palestina meninggalkan Gaza untuk selamanya "di rumah yang bagus dan di mana mereka bisa bahagia dan tidak ditembak, tidak dibunuh."
"Mereka tidak akan ingin kembali ke Gaza," katanya.
Presiden Trump tidak memberikan rincian tentang bagaimana proses pemukiman kembali dapat dilaksanakan, tetapi usulannya menggemakan keinginan sayap kanan Israel dan bertentangan dengan komitmen mantan Presiden Joe Biden terhadap pemindahan massal warga Palestina.
Beberapa pembela hak asasi manusia telah menyamakan gagasan Presiden Trump dengan pembersihan etnis.
Pengusiran paksa penduduk Gaza kemungkinan besar akan menjadi pelanggaran hukum internasional dan akan ditentang keras tidak hanya di wilayah tersebut, tetapi juga oleh sekutu-sekutu Washington di Barat.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Biden mengatakan tidak mendukung pembangunan permukiman Yahudi di Jalur Gaza.
"Saya tidak melihat hal itu akan terjadi," katanya, dikutip dari The Times of Israel.
"Itu terlalu berbahaya bagi orang-orang. Tidak seorang pun ingin berada di sana. Para pejuang mereka tidak ingin berada di sana. Tentara mereka tidak ingin berada di sana," lanjutnya.
Pembangunan permukiman Israel di Gaza digemakan oleh mitra koalisi sayap kanan Pemerintahan PM Netanyahu.