Dilansir dari blog.netray.id: Tersangka kasus korupsi Bantuan Sosial (Bansos) untuk masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19, Juliari Batubara membacakan pledoi pada lanjutan sidang beberapa hari yang lalu. Ia meminta majelis sidang untuk menghapus tuntutan hukuman yang ia dengar dari jaksa penuntut umum. Lebih tepatnya, mantan menteri sosial tersebut meminta dibebaskan dari penderitaan yang menimpa diri dan keluarganya karena kasus korupsi ini.
Tentu saja publik terkejut mendengar pledoi ini. Bagaimana bisa seorang tersangka kasus korupsi mengharap kebebasan bahkan sebelum dia mempertanggungjawabkan perbuatannya? Pledoi ini bisa dikatakan melukai perasaan publik. Apalagi mengingat materi yang dikorupsi oleh Juliari adalah bantuan sosial pemerintah yang sangat dibutuhkan masyarakat terdampak pandemi.
Media Monitoring Netray lantas memantau linimasa Twitter guna melihat bagaimana perbincangan warganet dalam membahas topik ini. Atau lebih tepatnya bagaimana warganet menilai pledoi atau pernyataan Juliari Batubara kala membela dirinya terhadap sanksi yang dilayangkan kepadanya. Simak hasilnya di bawah ini.
Laporan Statistik Pemantauan Pendapat Warganet atas Pledoi Juliari
Lantas bagaimana Netray memantau perbincangan warganet terhadap topik ini? Sebagai kata kunci, menggunakan nama Juliari sudah cukup untuk menggali data perbincangan. Sedangkan periode pemantauan dilakukan dari tanggal 6 Agustus hingga 12 Agustus 2021. Sejumlah data perbincangan berhasil dikumpulkan yang dapat menggambarkan seberapa masif isu ini beredar di ranah publik.
Data statistik pertama adalah berapa banyak jumlah tweet yang muncul dan mengandung kata kunci. Hasilnya cukup mencengangkan, yakni 83,634 total tweet dari warganet selama periode pemantauan. Sebagian besar terdistribusi pada tanggal 9 Agustus hingga akhir periode pemantauan. Dan mencapai puncaknya pada tanggal 11 Agustus 2021 dengan total tweet mencapai 40.009 kali dalam 24 jam.
Lebih mengejutkan lagi adalah menemukan besaran respons warganet terhadap topik pembicaraan. Sekurang-kurangnya terdapat 535,4 juta kali interaksi dari warganet dalam bentuk reply, retweet, dan favorites atas tweet dengan kata kunci pemantauan. Perbincangan ini mampu menjangkau setidaknya 143,7 akun Twitter di seluruh jagat Twitter berbahasa Indonesia.
Jika diperbolehkan merangkum persepsi warganet terhadap pledoi Juliari Batubara, maka grafik Sentiment Trend bisa dijadikan rujukan, atau minimal mengawali analisis ini. Sumbernya adalah kuantitas sentimen negatif dari tweet yang beredar di linimasa Twitter. Netray mencatat sebanyak 43.440 tweet bersentimen negatif terpantau dalam perbincangan. Jumlah ini sangat jauh jika dibandingkan dengan tweet bersentimen negatif yang terekam sebesar 2.563 tweet saja.
Kecaman Profan Warganet, Bukti Kekecewaan yang Membuncah?
Dari Sentiment Trend memang sudah nampak bagaimana reaksi warganet secara umum terhadap pledoi Juliari Batubara. Namun, seperti apa komentar warganet yang berhasil dikumpulkan oleh Netray? Persinggahan pertama guna menjawab pertanyaan ini adalah grafik Top Words yang mengumpulkan sejumlah kata yang kerap muncul dalam tweet warganet Twitter.
Merujuk pada judul artikel ini, kata profan dalam KBBI bermakna tidak suci atau kotor. Pemantauan Netray terhadap topik perbincangan menunjukkan keberadaan kata-kata profan yang digunakan warganet. Dalam grafik Top Words terlihat ada kata kontol di antara sejumlah kata lain yang merepresentasi persepsi warganet. Istilah ini, yang sebenarnya sudah masuk ke dalam KBBI, merupakan penyebutan alat kelamin laki-laki dalam bahasa Jawa. Penggunaan istilah kontol tentu saja sebuah umpatan sebagai ungkapan rasa kesal, kecewa, atau kecaman terhadap sesuatu hal yang tidak disukai.
Ungkapan Kecewa Warganet dalam Top Complaints
Selain muncul di grafik Top Words, sebagai sebuah umpatan istilah kontol secara alami muncul di daftar Top Complaints. Kata tersebut menempati posisi tertinggi ketika muncul di sebanyak 17.035 tweet. Disusul dengan kata maling sebanyak 5.259 tweet, termasuk maling bansos di angka 5.233; frasa korupsi bansos sejumlah 3.453 tweet, termasuk 1.383 tweet untuk kata korupsi sendiri; dan ungkapan jahat sebesar 1.064 tweet.
Mereka-mereka yang Kecewa
Lantas siapa saja yang menggunakan kata atau frasa di Top Complaints sebagai ungkapan rasa kekecewaan terhadap pledoi Juliari Batubara? Fitur Netray yang bisa dimanfaatkan di sini adalah grafik Top Accounts. Grafik ini menunjukan akun-akun Twitter yang mendapatkan impresi tertinggi. Tentu saja tidak semua tweet dari Top Accounts mengandung kata keluhan yang terdapat dalam grafik Top Complaints.
Akun base @areajulid, yang menempati posisi tertinggi di dalam daftar, tidak membuat tweet dengan menggunakan kata kontol dan ungkapan keluhan yang lainnya. Akun tersebut membagikan gambar tangkapan layar yang berisi seruan kepada warganet untuk tetap fokus terhadap pledoi Juliari agar tidak teralihkan dengan isu lain, yakni isu salah satu influencer yang tertular Covid-19.
Penggunaan ungkapan profan baru muncul dari tweet tertinggi kedua yakni milik akun @Elhadi82826678. Tweet tersebut menggunakan kata kontol sebagai ungkapan rasa kecewa untuk merespon gambar yang dilampirkan. Dari gambar terlihat bahwa pledoi yang dilakukan Juliari Batubara mencederai rasa keadilan ketika seorang tersangka pencuri getah karet yang hanya seharga Rp 17.000 saja mendapatkan hukuman selama 2 bulan 4 hari penjara. Sedangkan Juliari hanya dituntut 11 tahun oleh KPK padahal pihaknya mengkorupsi dana bansos pandemi Covid-19 sebesar Rp 2,7 triliun.
Tweet dari @Elhadi82826678 yang mendapat impresi tinggi merupakan keajaiban sosmed mengingat akun ini adalah personal account dengan pengikut yang tidak seberapa. Berbeda dengan akun @mazzini_gsp yang tergolong sebagai influencer. @mazzini_gsp juga menggunakan istilah profan ini, meskipun bukan menjadi tweet-nya yang paling populer. Ia mengutip pernyataan Juliari dalam pledoi dengan menambah kata Top Complaints sebagai predikat. Selain itu @mazzini_gsp juga menggunakan kata komplain lainnya yakni maling untuk mendeskripsikan Juliari Batubara.
Dari daftar akun yang mendapat impresi tertinggi, akun terakhir yang menggunakan istilah profan adalah @howtodresvvell. Tweet yang dirujuk memuat lelucon sinis yakni jika Juliari ingin bebas karena kasihan dengan anak dan istrinya, bagaimana jika mereka juga dimasukkan ke dalam penjara bersama-sama. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan kaidah hukum. Akan tetapi, melihat impresi warganet yang cukup tinggi, bisa dimaklumi bahwa tweet tersebut merupakan representasi luapan rasa muak warganet
Tiga buah akun terakhir dalam daftar juga mendapat impresi yang tinggi meskipun tidak menggunakan ungkapan-ungkapan profan. Yakni akun @F70427308 dan dua akun milik pesohor, yakni Ernest Prakasa dan Jefri Nichol. Tweet @F70427308 ini yang dijadikan tangkapan layar oleh akun base @areajulid sehingga mendapat impresi tertinggi. Sedangkan @ernestprakasa dan @jefrinichol memiliki cara masing-masing untuk mengungkapkan rasa kesal dan marah.
Penutup
Penggunaan ucapan-ucapan profan, yang sebaiknya tidak dipilih sebagai ungkapan rasa kesal, sepertinya tidak dapat dibendung lagi. Warganet sudah sangat kecewa dan marah mendengar pembelaan diri yang dilakukan Juliari Batubara atas tuntutan hukum dari kasus korupsi bansos yang ia lakukan. Rasa keadilan publik seakan tersakiti ketika Juliari mengiba atas nama anak dan istrinya. Warganet saling mengingatkan untuk terus mengawasi sidang kasus tersebut hingga hukum dan keadilan benar-benar bisa ditegakkan.