Djawanews.com – Sejumlah korban gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat memilih untuk tinggal di tenda pengungsian pada malam hari dan kembali ke rumah masing-masing pada siang hari untuk sementara waktu. Mereka masih trauma atas gempa yang terjadi pada Senin, 21 November lalu.
"Kalau siang diam di rumah, karena ada bangunan yang sebagian tidak roboh. Kalau malam, kami memilih tinggal di tenda karena merasa lebih aman kalau ada gempa," kata Siti Masitoh (60), warga terdampak di Kampung Tegal Lega, Desa Limbangansari, Kecamatan Cianjur Kota, Jumat 2 Desember
Ia bersama suaminya memilih tinggal di tenda terpal yang didirikan sekitar rumahnya, sedangkan anaknya sudah berkeluarga tinggal di daerah lain.
Siti selama sepekan sejak kejadian bencana gempa bumi Senin, 21 November 2022 lebih memilih bertahan di pengungsian, dan tidak mau masuk ke rumah karena takut atau trauma dengan kejadian gempa.
"Kalau masuk ke rumah merasa asing, takut, takut gempa lagi, karena gempa masih ada," kata Siti disitat Antara.
Namun, sudah beberapa hari ke belakang, Siti bersama suaminya sudah mulai berani masuk ke rumah yang bangunannya masih kokoh hanya sekadar untuk memasak, atau aktivitas lainnya.
Jika malam tiba, kata Siti, tinggal di tenda beralaskan kasur yang dibawa dari rumah, kemudian terpal untuk menghalangi panasnya matahari dan air hujan, serta tidak peduli dengan embusan angin.
"Kalau angin sudah pasti, tapi tidak apa-apa, karena tidur hanya beberapa jam, jam 2 saya bangun siap-siap untuk jualan," katanya.
Selain Siti, ada juga korban gempa lainnya di Kampung Cijedil, Kecamatan Cugenang yang berada di pinggiran kota dan dilaporkan paling terdampak besar akibat bencana tersebut.
Seorang warga Cijedil, Usman (58) yang mendirikan tenda di sekitar rumahnya mengatakan, memilih banyak tinggal di tenda dibandingkan di rumah karena masih takut.
Ia berharap kondisi rumahnya yang rusak bisa secepatnya diperbaiki oleh pemerintah agar bisa tinggal dengan aman dan nyaman, tidak lagi berlama-lama tinggal di tenda.
"Sekarang masih tinggal di tenda, masih takut ke rumah," katanya.
Terkait bantuan kebutuhan pokok seperti beras dan lainnya selama di pengungsian, Usman mengaku terpenuhi, namun warga saat ini membutuhkan sepatu bot agar mudah saat beraktivitas.
"Makanan ada, namun sekarang warga butuh sepatu bot," kata ayah yang kedua anaknya meninggal dunia akibat tertimpa bangunan saat gempa.
Laporan Posko Utama Penanggulangan Bencana Gempa Cianjur tercatat korban meninggal dunia sebanyak 329 orang, dan 11 orang masih dalam pencarian.
Selanjutnya korban yang masih bertahan di tempat pengungsian sebanyak 114.414 orang, dan 654 luka berat dan masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cianjur.