Inilah Penyebab Risma Menolak Tawaran Menjadi Menteri di Kabinet Indonesia Maju.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau yang akrab dipanggil Risma mengaku menolak tawaran untuk menjadi menteri Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin oleh Presiden Jokowi. Bahkan Ia mengatakan, setidaknya tawaran jabatan menteri itu sempat tiga kali disampaikan padanya. Di antaranya oleh Presiden Joko Widodo, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, dan yang terakhir oleh Puan Maharani.
Secara pribadi, Risma tak memungkiri bahwa sebenarnya ia rugi melewatkan tawaran untuk menjadi menteri Jokowi selama lima tahun mendatang, mengingat jabatannya sebagai wali kota Surabaya hanya tinggal satu tahun saja tepatnya pada Februari 2021 jabatan Risma sebagai Wali Kota Surabaya berakhir. Sementara jika menerima tawaran menteri, jabatannya bisa sampai lima tahun.
Meski demikian, ia mengaku ingin menyelesaikan beberapa program yang belum dituntaskan. Risma masih memiliki banyak mimpi yang ingin ia selesaikan sampai tahun depan.
Tawaran Jadi Menteri Datang 3 Kali
Seperti yang dilansir dari cnnindonesia.com, tawaran untuk menjadi menteri di Kabinet Indonesia Maju sempat diterima Risma sebanyak tiga kali. Tawaran yang pertama datang dari Presiden Jokowi, kemudian disusul oleh Megawati dan yang terakhir oleh Puan Maharani.
Beberapa bulan lalu, Risma sempat bertemu langsung dengan Presiden Jokowi. Dalam kesempatan tersebut, mereka terlibat pembicaraan, salah satunya yakni terkait soal jabatan menteri.
Setelah kesempatan bertemu langsung dengan Presiden Jokowi, kemudian Risma bertemu dengan Megawati pada September 2019. Bertemu dengan Megawati, Risma pun kembali mendapatkan tawaran untuk menjadi menteri.
Saat Megawati menawarkan Risma menjadi menteri, Megawati meminta dirinya untuk tidak terburu-buru menolaknya. Bahkan Megawati memberikan waktu kepada Risma untuk memikirkan kembali tawarannya hingga Oktober 2019.
Oktober pun datang, untuk kesekian kalinya Risma mendapatkan tawaran untuk menjadi menteri, kali ini tawaran datang dari Puan Maharani. Namun, Risma dengan yakin menjawab tidak. Ia mengaku ingin menyelesaikan tugasnya sebagai Wali Kota Surabaya.
Demi Surabaya
Jika menggunakan hitungan untung rugi, Risma mengakui punya keinginan menjadi menteri. Namun, hal itu akan bertabrakan dengan komitmennya, yakni membangun dan memajukan Kota Surabaya.
“Kalau saya ngomong pribadi, pasti saya ingin pergi (ke Jakarta). Maksudnya siapa yang ndak mau (jadi menteri). Kalau hitung untung rugi, saya tinggal satu tahun, sementara kalau jabatan itu baik, saya bisa lima tahun,” ujar Risma seperti yang dilansir dari republika.co.id
Kendati demikian, Risma mengaku tidak mempermasalahkan atas pilihannya tersebut. Dia tetap ingin menyelesaikan kewajibannya sebagai Wali Kota Surabaya, apapun risikonya.
Wali Kota Surabaya ini merasa dirinya memiliki tanggung jawab untuk menjaga pembangunan Surabaya berjalan lancar. Karena dia akan merasa berdosa jika dia memilih jabatan menteri, kemudian pembangunan di Surabaya tidak berjalan dengan baik.
“Saya ingin sampaikan, saya harus menjaga kota ini sampai saya berakhir. Kalau nanti pemilihan lagi kan rakyat bukan memilih saya, bukan tanggung jawab saya lagi. Tapi lalu sekarang ada apa-apa, rakyat memilih saya. Kalau terjadi apa-apa saya ikut dosa,” ujar Risma.