Djawanews - Polemik Vaksin Nusantara masih bergulir kencang. BPOM belum memberi lampu hijau untuk kelanjutan penelitian. Tapi banyak tokoh di negeri ini yang berbondong-bondong rela diambil sampel darahnya demi Vaksin Nusantara.
Banyak dari tokoh-tokoh yang rela antre di RSPAD. Mereka seperti tidak peduli dengan sikap BPOM. Alasannya karena Vaksin Nusantara bisa jadi alternatif di tengah isu embargo produsen vaksin internasional.
Peneliti Utama Vaksin Nusantara, dr. Jonny menjelaskan gamblang soal uji fase dua vaksin ini. Vaksin Nusantara memang tidak bisa langsung disuntikkan ke tubuh penerima. Jadi harus melalui sampel darah. Beda dengan vaksin lain yang bisa langsung dimasukkan ke dalam tubuh.
"Memang vaksin lain tidak ada yang diambil darah, jadi ini bedanya. Karena vaksin ini diambil dari sel tubuh kita sendiri, kemudian sel darah putih kita biarkan selama lima hari dulu," kata Jonny di RSPAD Gatot Soebroto, Rabu (14/4) kemarin.
Butuh waktu lima hari. Setelah itu, sel darah akan dipertemukan dengan protein seperti yang dimiliki oleh protein virus, atau protein S (spike) dari rekayasa genetik. Pengenalan itu ditujukan untuk menentukan bagaimana virus itu bisa menyerang tubuh si pemilik sampel darah.
Dengan pengenalan yang terjadi, Jonny meyakini tubuh yang memiliki sampel darah terkait selanjutnya akan lebih kebal saat ada virus Covid-19 yang menyerang.
Siapa saja yang rela menjadi relawan Vaksin Nusantara?
- Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari
- Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo
- Aburizal Bakrie
- Wakil Ketua Komisi IX DPR, Melki Laka Lena
- Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco
- Anggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay
Saleh Partaonan Daulay mengklaim minat terhadap Vaksin Nusantara begitu tinggi, meski vaksin ini masih dalam penelitian. Buktinya, saat dia datang ke RSPAD, dia melihat antrean yang panjang.
Saleh makin yakin dengan kehebatan Vaksin Nusantara setelah berdiskusi dengan para peneliti vaksin dan para relawan.
"Kita berani jadi contoh untuk divaksin lebih awal. Saya melihat, para peneliti dan dokter-dokter yang bertugas semuanya ikhlas. Tidak ada muatan politik sedikit pun. Saya berharap kedaulatan dan kemandirian Indonesia dapat terjamin dalam bidang kesehatan dan pengobatan. Saya yakin, momentum Covid-19 bisa menjadi pintu masuk," imbuh Saleh.