Djawanews.com - Indonesia jadi sorotan dunia karena kasus kematian akibat COVID-19 tak pernah bisa turun dari angka 1.000 orang tiap hari. Bahkan sudah dua kali angkanya melewati 2 ribu jiwa.
Ternyata Kementerian Kesehatan menguak fakta yang bikin kaget. Lonjakan angka kematian COVID-19 di Indonesia dalam tiga pekan terakhir bukanlah real time.
Angka 1.635 kematian pada 6 Agustus misalnya. Itu bukanlah angka kematian dalam 24 jam terakhir. Bisa jadi itu merupakan akumulasi kasus yang belum terlaporkan.
"Data kematian ada akumulasi tanggal atau minggu, bahkan sebelumnya ada beberapa bulan. Kurang pas bila dijadikan indikator kondisi riil saat ini," ungkap Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, Rabu 11 Agustus.
Inilah yang jadi alasan Kemenkes memutuskan untuk mengeluarkan angka kematian kasus COVID-19 dalam penilaian situasi pandemi. Kemenkes tidak mau menimbulkan bias dalam penilaian.
"Sambil terus perbaikan data ini selesai dilakukan daerah," katanya.
Tenaga Ahli Kementerian Kesehatan Panji Fortuna Hadisoemarto mengatakan berdasarkan analisis dari data National All Record (NAR) Kementerian Kesehatan, didapati pelaporan kasus kematian yang dilakukan daerah memang tidak bersifat 'real time'. Bisa jadi akumulasi dari bulan-bulan sebelumnya.
Untuk diketahui, NAR adalah sistem big data untuk pencatatan laboratorium dalam penanganan COVID-19 yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan. Berdasarkan laporan kasus COVID-19 pada Selasa (10/8), dari 2.048 kematian yang dilaporkan, sebagian besar bukanlah angka kematian pada tanggal tersebut, melainkan pada sepekan sebelumnya.
Bahkan 10,7 persen di antaranya berasal dari kasus pasien positif yang sudah tercatat di NAR lebih dari 21 hari namun baru terkonfirmasi dan dilaporkan bahwa pasien telah meninggal, kata Panji.
"Kota Bekasi, contohnya, laporan kemarin (10/8) dari 397 angka kematian yang dilaporkan, 94 persen di antaranya bukan merupakan angka kematian pada hari tersebut, melainkan rapelan angka kematian dari bulan Juli sebanyak 57 persen dan bulan Juni dan sebelumnya sebanyak 37 persen. Lalu 6 persen sisanya merupakan rekapitulasi kematian di pekan pertama bulan Agustus," urainya dalam keterangan tertulis.