Djawanews.com – Alasan dideportasinya penceramah kondang Ustaz Abdul Somad atau UAS berangsur-angsur mulai terungkap. Terbaru, Kementerian Dalam Negeri Singapura untuk Indonesia melalui situs resminya menyebut, Singapura menganggap UAS sebagai sosok penceramah pro ekstremisme dan bom bunuh diri.
Karena itu, UAS dianggap tidak bisa diterima oleh masyarakat Singapura yang cenderung multiras dan multiagama.
"Somad dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diteirma di masyarakat multi ras dan multi agama Singapura," dikutip dari hops.id, Rabu 18 Mei.
Pasalnya, UAS pernah memberikan ceramah bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel - Palestina dan dianggap sebagai operasi 'syahid'.
Selain itu, Singapura juga menyebut UAS kerap melontarkan komentar yang merendahkan agama lain seperti Kristen. Ustaz berusia 44 tahun itu pernah mengatakan salib sebagai tempat tinggal roh kafir.
Bahkan UAS pernah menyebut di hadapan publik bahwa penganut agama selain Islam adalah kafir. Dan berbagai pernyataan UAS tadilah yang dianggap merupakan masalah serius bagi pemerintah Singapura. Apalagi penduduknya terdiri dari beragam penganut agama.
"Pemerintah Singapura memandang serius siapa pun yang menganjurkan kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis segregasi. Somad dan teman perjalanannya ditolak masuk ke Singapura," ungkap situs resmi Kemendagri Singapura.
Sebelumnya dideportasinya ulama kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) dari Singapura pada Senin 16 Mei 2022 mendapat tanggapan dari Ketua Reuni Presidium Alumni (PA) 212 Eka Jaya.
Eka Jaya yang tidak terima dengan perlakuan dari Singapura ini pun menyebut pihaknya akan mengancam aksi unjuk rasa di Kedutaan Besar Singapura di Indonesia.
Namun sebut Eka, sebelum pihaknya benar benar akan unjuk rasa, mereka meminta kepada agar pemerintah Indonesia memanggil Duta Besar Singapura untuk mengklarifikasi deportasi tasi terhadap ulama dari Pekanbaru tersebut.
"Karena perjalanan UAS ke Singapura itu legal dan sudah ada jadwal yang terdata," kata Eka Jaya.
Namun jika sebaliknya tidak ada langkah yang diambil dari pemerintah Indonesia, Eka mengatakan mereka akan berunjuk rasa di Kedutaan Singapura.
"Kami akan melihat perkembangan dan langkah apa yang akan diambil pemerintah RI. Kalau memang tidak ada langkah yang diambil. Kami akan turun aksi ke Kedubes Singapura yang ada ada di Jakarta," katanya.