Djawanews.com – Milisi Taliban menculik 22 pekerja gereja Kristen Korea Selatan dalam perjalanan dari Kabul ke Kandahar pada 2007 silam. Dari penculikan tersebut, dua di antaranya dieksekusi mati, dan sementara 19 lainnya baru dibebaskan pada akhir Agustus.
Baru-baru ini terungkap ada peran NU di dalam upaya pembebasan para sandera tersebut. Karena sejak 2004, NU telah menjalin kontak-kontak dengan para ulama di Afghanistan termasuk mereka yang berafiliasi dengan Taliban. Hal ini disampaikan Wakil Sekjen PBNU KH Abdul Mun'im DZ dalam webinar 'Peran Penting Indonesia dalam Arus Perubahan Afganistan'.
Bermula dari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla merintis pembukaan kuasa usaha di sana. Karena tidak berjalan mulus dan banyak mengalami gangguan, Menteri Luar Negeri Dr Noer Hassan Wirajuda lantas menghubungi PBNU.
"Enggak tahu kenapa, apa karena orang-orang NU sakti, gak mempan dibedil. Atau karena kalau jatuh korban ya tidak apa-apa karena warga NU jumlahnya banyak," seloroh Mun'im, Selasa malam, 7 September.
Mun'ím menjelaskan bahwa dengan rekam jejak tersebut, ketika terjadi penyanderaan dan pembunuhan terhadap warga Korsel, PBNU kembali dimintai bantuan. Kala itu Duta Besar Korea Selatan Lee Sun Jin dan pemimpin OKI yang berkomunikasi langsung dengan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi.
Setelah melakukan serangkaian pembicaraan, memasuki pekan keenam penyanderaan, 19 warga Korea akhirnya dibebaskan pada akhir Agustus 2007.
Setelah pembebasan sandera berhasil dilakukan, bukan hanya pemerintah Korea dan Sekjen PBB Ban Ki Moon yang berterima kasih, pendiri Taliban Mullah Omar pun menyampaikan ucapan terima kasih secara tertulis.
Dalam suratnya, Mullah Omar menjelaskan alasan melakukan penyanderaan dan membebaskan warga Korea itu. Penyanderaan dilakukan sebagai bagian dari upaya memerangi Amerika Serikat. Seperti diketahui Korea Selatan ikut mengirimkan 200 tentara yang tergabung dalam pasukan internasional, ISAF.
"Tapi karena pemerintah Indonesia dan NU yang ikut turun tangan kami bersedia membebaskan mereka. Kami menghormati Indonesia dan NU yang selama ini selalu bersikap netral," tutur KH Abdul Mun'ím DZ mengutip isi surat Mullah Omar.