Djawanews.com – Seorang siswa SMK bernama Cahyono Putra (17) di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ditemukan meninggal dunia di kamarnya setelah vaksinasi pada Rabu, 1 September.
Diketahui dari ibu Cahyono, Ani Anggraeni (40), bahwa ia sebenarnya dalam kondisi pemulihan pengobatan penyakit lambung. Bahkan, Cahyono masih mengonsumsi sisa obat penyakit lambung saat ikut belajar tatap muka di sekolah dan saat proses vaksinasi.
Menurut Ani, Cahyono sudah memberitahu petugas vaksin mengenai penyakit yang dideritnya. Hal inilah yang membuat ayah Cahyono, Nono mempertanyakan prosedur vaksinasi dan skrining yang dilakukan petugas medis.
"Saya kan tanya ke anak saya, waktu itu bilang enggak ke petugas medisnya kalau masih sakit. Kata anak saya, 'bilang Pak'. Nah, biasanya kan observasi kalau ada yang sakit enggak boleh divaksin, kenapa ini masih disuntik saja?" kata Nono, Rabu, 8 September.
Menanggapi kejadian tersebut, Ketua Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Jabar Prof Kusnandi Rusmil menuturkan Cahyono menderita sakit yang serius dua pekan sebelum divaksin.
Lebih lanjut Kusnandi membenarkan kondisi Cahyono belum fit saat akan divaksin. Namun, karena ingin sekolah, ia memaksakan diri untuk divaksin.
Cahyono terlihat sehat di tempat vaksinasi, sehingga ia bisa melalui proses vaksinasi. Namun, seusai vaksinasi, remaja ini merasakan lemas.
"Analisanya, (Cahyono) mengalami reaksi sedang (lemas). Kalau berat dia bisa pingsan," ucap Kusnandi, dikutip dari Kompas.com, Kamis, 23 September.
Sementara itu, Cahyono tidak menunjukkan gejala berat setelah divaksin sehingga diperbolehkan pulang. Malam harinya, kondisi pasien memburuk. Orangtua Cahyono kemudian memanggil dokter. Begitu dokter sampai, pasien sudah meninggal.
"(Pasien) mengalami syok reaksi lambat," ujarnya.
Kusnandi menjelaskan seharusnya ketika itu terjadi pasien harus langsung dibawa ke rumah sakit atau puskesmas untuk diinfus.
"Seandainya dibawa ke rumah sakit, pasti diinfus dan tertolong," ujarnya.
Belajar dari peristiwa ini, Kusnandi mengimbau untuk lebih teliti melihat keadaan pasien sebelum disuntik vaksin.
"Petugas imunisasi juga harus lebih teliti. Karena banyak yang kelihatannya sehat (tapi ternyata tidak). Jadinya petugas tertipu," ucap dia.