Minyak tumpah menjadi ancaman serius bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar pesisir Karawang.
Minyak tumpah mengganggu aktivitas nelayan dan lingkungan sejak 12 Juli 2019. Tumpahan minyak tersebut disebabkan karena bocornya sumur minyak Pertamina di Karawang. Akibatnya, 12 desa di Karawang dan Bekasi, serta tujuh pulau di Kepulauan Seribu, terkena imbas dari tumpahan minyak tersebut.
Minyak tumpah merugikan masyarakat sekitar
Insiden tumpahnya minyak otomatis merugikan masyarakat yang hidup di daerah Karawang. Beberapa masyarakat yang berada di daerah tersebut berprofesi sebagai nelayan, pembuat terasi, dan petani garam. Namun kegiatan masyarakat kini terganggu.
Dampak tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di sekitar pantai saja, namun berdampak pula pada lingkungan. Pantai dan laut kini kotor karena tumpahan minyak Pertamina. Selain itu, bau minyak memenuhi udara di kawasan pantai dan perairan Karawang. Minyak juga dilaporkan masuk ke area tambak, yang menyebabkan ikan mati dan kawasan mangrove rusak.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta agar pihak Pertamina bertanggung jawab atas insiden tersebut. Minyak tumpah, menurut Ridwan Kamil, menyebabkan kerugian di masyarakat, kerusakan lingkungan, dan memengaruhi bisnis di sekitarnya.
“Saya minta Pertamina bertanggung jawab penuh terhadap semua hal. Dari bisnisnya, ikan yang tidak bisa ditangkap, nelayan yang kehilangan mata pencaharian, kerusakan hutan bakau, dan lain-lain,” ungkap Gubernur Jabar saat di Mapolda Jabar, Kota Bandung, Rabu (7/8).
Sebagai Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil juga segera meninjau lokasi dan warga yang terkena dampak tumpahan minyak. Sebagai langkah penyelesaian, Ridwan Kamil telah panggil pihak Pertamina, Bupati Karawang, serta Sekda Bekasi.
“Saya sudah panggil pihak Pertamina, Bupati Karawang, Sekda Bekasi untuk langkah antisipasi,” katanya di Markas Polda Jawa Barat, Rabu (7/8/2019).
Ridwan Kamil juga mengaku akan melaporkan insiden dan hasil penijauannya kepada Presiden, Joko Widodo. “Nanti harus saya laporkan ke Presiden,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Dharmawan Syamsu juga telah memberikan keterangan terkait insiden minyak tumpah. Ia memastikan perusahaan minyak milik negara ini bertanggung jawab penuh atas peristiwa tumpahan minyak di Karawang.
Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java atau PHE ONWJ sendiri terus melakukan penanganan oil spill di Perairan Karawang. Pertamina juga mengisolasi penuh di sekitar anjungan, sehingga seluruhnya sudah dikelilingi static oil boom, kecuali pintu untuk lalu lintas kapal penyedot minyak.
VP Relations PHE Ifki Sukarya, menyatakan PHE ONWJ telah meningkatkan jumlah static oil boom hingga dua kali lipat lebih dari sebelumnya 2.450 meter menjadi 3.500 meter dan kini mencapai 5.850 meter. Jumlah ini terdiri Static Oil Boom untuk menghadang di sumber utama dan Moveable Oil Boom untuk menghadang Oil Spill yang lepas dari sumber utama.
Pertamina juga mengaku telah mendatangi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kedatangannya tersebut untuk membicarakan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi mintak tumpah di Karawang.