Djawanews.com – Pengamat politik Rocky Gerung memeberikan kritik terkait munculnya daftar penceramah yang radikal dan diminta agar tidak diundang di kegiatan keagamaan.
Lewat video akun youtube miliknya (Rocky Gerung Official) yang juga bersama oleh Hersubeno Arief dari Forum News Network (FNN), Rocky mengungkapkan bahwa adanya list tersebut adalah hal yang “klasik”.
“Ini rumus paling purba dengan mudah mengendalikan opini publik,” ucap Rocky dikutip dari kanal youtubenya, selasa 8 Maret.
Ia berpendapat bahwa hal ini akan menjadi berkepanjangan dengan anggapan “list” tersebut yang mana dia bahasakan akan ada dosen, jurnalis, selebritis, artis, dan komedian radikal jika dianggap mengolok atau mengkritik pemerintah dituding Radikal.
Rocky Gerung juga menghadirkan contoh yang mana jika Ibu-ibu Polri/TNI di luar lingkungan tugasnya mengundang komedian namun dia menyampaikan satire soal IKN ataupun isu terkini yang menyasar pemerintah.
“Jika ini dianggap radikal, maka Pak Dudung akan repot lagi harus mengumpulkan seluruh artis untuk tentukan mana yang radikal,” tambah Rocky.
Lebih jauh, Rocky Gerung mengangap bahwa kisruh daftar atau list ustaz radikal dan “anak turunannya” dimulai oleh Presiden Jokowi yang menurutnya tidak paham demokrasi.
“Kekonyolan ini dimulai oleh Presiden Jokowi sendiri yang tidak paham tentang demokrasi lalu bikin aturan,” ujar Rocky.
Atas dasar itu menurut Rocky Gerung petinggi pihak yang berwenang (TNI-Polri) mau tidak mau harus ikut aturan atau kemauan presiden atau mengabaikan perintah Presiden.
Rocky Gerung juga menganggap hal ini bisa jadi berkepanjangan dan menyasar semua lini termasuk tukang ojek.
“Mahasiswa nanti akan diseleksi mana BEM radikal. Pada akhirnya perintah presiden akan diterjemahkan secara sangat konyol. Tukang ojek yang radikal mana, nanti dipantau bisik-bisik antara supir taksi dan penumpangnya apa bicara kritik pemerintah,” imbuhnya.