Djawanews.com – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kemajuan hak-hak perempuan "menghilang di depan mata kita" dan "kesetaraan gender semakin jauh".
Hal itu disampaikan oleh Guterres di depan delegasi dari 193 negara dalam sesi pembukaan Sidang Komisi Status Perempuan (CSW) ke-67, pertemuan terbesar PBB tentang pemberdayaan perempuan, Senin 6 Maret.
"Di jalur saat ini, UN Women memerlukan 300 tahun lagi," katanya, melansir The National News, Selasa 7 Maret.
"Hak-hak perempuan disalahgunakan, diancam dan dilanggar di seluruh dunia," sambungnya.
Lebih jauh, Guterres berbicara tentang pembatasan Taliban di Afghanistan, di mana "perempuan dan anak perempuan telah dihapus dari kehidupan publik".
Tanpa mengidentifikasi negara, dia menekankan bahwa di "banyak tempat, hak seksual dan reproduksi perempuan dibatalkan, sementara anak perempuan yang bersekolah berisiko menghadapi penculikan dan penyerangan".
Guterres juga tidak menyebut Iran, meskipun tindakan brutal negara itu terhadap protes yang menyerukan keadilan bagi Mahsa Amini, yang meninggal dalam tahanan polisi pada September tahun lalu.
Iran dikeluarkan dari komisi pada Bulan Desember oleh resolusi yang dipimpin AS, yang menerima 29 suara setuju dan delapan menentang, dengan 16 negara abstain.
Wakil presiden wanita pertama Iran setelah revolusi, Massoumeh Ebtekar, yang juga berpidato di Majelis Umum pada Hari Senin mengatakan, pengusiran Iran dari komisi adalah prosedur "berbahaya dan tidak pantas" yang "tidak memiliki pembenaran hukum", "didasarkan pada kebohongan dan tekanan dari kekuatan hegemoni dan hype yang diciptakan oleh media yang disewa, dengan tujuan politik murni untuk mengisolasi Iran".
"Ironi pahit dari cerita ini adalah, beberapa negara yang mendorong masalah ini memiliki jumlah wanita tertinggi yang dibunuh atau dipenjara, terutama di antara orang kulit berwarna," jelas Ebtekar.
Selama sesi dua minggunya, Komisi Status Perempuan berfokus pada penutupan kesenjangan gender dalam teknologi dan inovasi.
Sekjen PBB mengatakan, topik ini sangat tepat waktu karena perempuan dan anak perempuan tertinggal saat teknologi melaju ke depan.
"Patriarki, diskriminasi, dan stereotip berbahaya selama berabad-abad telah menciptakan kesenjangan gender yang sangat besar dalam sains dan teknologi," ujarnya.
Lebih lanjut, Guterres mengatakan wanita hanya mewakili tiga persen dari pemenang hadiah Nobel di bidang tersebut.
Sementara itu, Sima Bahous, direktur eksekutif UN Women, mengatakan kesetaraan gender tidak dapat dicapai tanpa menutup kesenjangan digital.
"Kita hidup di dunia polikrisis yang membuat kemajuan semakin tidak merata, termasuk di ruang digital, menciptakan hambatan baru dan unik bagi perempuan dan anak perempuan," urainya.
Wanita Afghanistan yang berbicara melalui YouTube dan blog, lanjutnya, pintu mereka ditandai oleh Taliban, dengan banyak yang meninggalkan negara mereka demi keselamatan.
Sedangkan di Iran, banyak perempuan dan anak perempuan terus menjadi target karena mereka ikut serta dalam kampanye online, kata Bahous.
"Aktivis hak-hak perempuan tidak dapat memainkan peran mereka dalam memajukan kesetaraan jika mereka takut akan pembalasan. Mereka menjadi tidak terlihat," jelasnya.
Dia menambahkan, jika dimanfaatkan secara efektif, teknologi dan inovasi dapat menjadi 'pengubah permainan.'