PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk lagi-lagi diterjang skandal. Kasus menyelundupan komponen motor gede Harley Davidson dan dua sepeda lipat Brompton ilegal adalah pulukan telak bagi maskapai penerbangan tersebut.
Barang selundupan tersebut masuk melalui pesawat baru milik Garuda, Airbus A330-900 yang baru tiba di Tanah Air. Sebelumnya, dilansir dari Detik, pihak Garuda Indonesia telah memesan pesawat kepada Perusahaan Airbus.
Pesawat lalu didatangkan langsung dari Prancis pada 16 November 2019, dengan membawa 22 penumpang yang terdiri dari direksi Garuda dan tamu kehormatan. Kemudian pada 17 November 2019, pesawat Airbus A330-900 tiba di tanah air dan oleh petugas Bea dan Cukai ditemukan 18 kardus yang berisi onderdil Harley Davidson bekas dan dua unit sepeda Brompton baru.
Dirut Garuda Indonesia Dicopot Erick Thohir
Atas kasus tersebut, Menteri BUMN Erick Thohir pada 5 Desember 2019 dengan tegas menyatakan akan mencopot Direktur Utama Garuda berinisial I Gusti Ngurah Askhara atau Ari Askhara.
Sebelum kasus penyelundupan Harley Davidson, Garuda Indonesia dibawah kepemimpinan Ari Askhara beberapa kali tersandung skandal. Dilansir dari Detik, , berikut Djawanews sajikan beberapa skandal tersebut.
1. Skandal Laporan Keuangan
Ari Ashkhara tercatat memimpin Garuda sejak 12 September 2018 menggantikan Pahala N Mansury. Skandal pertama dibawah kepemimpinannya adalah kasus rekayasa laporan keuangan.
Pada tahun 2018 Garuda Indonesia mencatat laporan keuangan yang membanggakan dengan laba bersih US$809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar. Namun setelah diusut, dari laporan tersebut terdapat piutang PT Mahata Aero Terknologi dengan nilai Rp2,98 triliun yang belum terbayarkan.
Alhasil Garuda yang sebelumnya berbangga mencetak laba, pada akhirnya dicap merugi sebesar US$175,028 juta atau sekitar Rp2,4 triliun (kurs 1 US$=Rp14.000) pada tahun 2018.
2. Perseteruan dengan Sriwijaya Air
Garuda dengan Sriwijaya pada mulanya melakukan kerja sama operasi (KSO) pada 9 November 2018, dengan mengambil alih operasional Sriwijaya dan NAM Air. Hal tersebut dilakukan lantaran masalah keuangan yang didera Sriwijaya Air.
Kemudian pada 9 September 2019, pihak Sriwijaya memberhentikan tiga direksi yang berasal dari pejabat Garuda. Hal tersebut disusul dengan pihak Garuda melalui anak usahanya GMF AeroAsia, memutus hubungan kerja sama dengan Sriwijaya Air pada 25 September 2019.
Tidak hanya pemutusan kerja sama melalui GMF AeroAsia, anak Garuda lainnya, Citilink juga menuntut Sriwijaya Air atas dugaan wanprestasi (pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat yang membuat salah satu pihak dapat menuntut pembatalan perjanjian) dalam kerja sama kedua pihak tersebut.
Polemik yang terbaru Garuda dengan Citilink adalah adanya pernyataan pihak Garuda yang membeberkan jika Sriwijaya tidak akan lagi menjadi anggota Garuda Indonesia Group.
Perseteruan Garuda Indonesia dengan Sriwijaya tersebut, berbuntu dengan jawal penerbangan yang berantakan. Kasus tersebut membuat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi turun tangan.