Djawanews.com – Satu dekade berlalu, dua dari tujuh jenazah korban pembunuhan Yulianto, jagal yang berprofesi sebagai dukun pijat Sukoharjo, Kartasura, hingga kini masih belum ditemukan. Berdasarkan investigasi polisi, kedua jenazah yang hilang dibuang di lereng Gunung Merapi dan satunya lagi di Pantai Parangtritis, Gunungkidul, DIY.
Kasus pembunuhan berantai ini terungkap pada 21 Agustus 2010 silam. Berawal dari ditemukannya jenazah Kopda Santoso, anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, yang terkubur di dalam rumah Yulianto. Pelaku pun divonis hukuman mati oleh majelis hakim PN Sukoharjo. Ia dinyatakan bersalah atas pembunuhan berencana terhadap tujuh orang.
Yulianto melancarkan aksinya seorang diri. Ia menggunakan ramuan khusus untuk melumpuhkan korban. Ramuan tersebut berupa cairan yang diekstrak dari buah kecubung dan diberikan kepada korban hingga mereka lemas dan tak dapat melawan.
Sutarto, mantan penasihat hukum Yulianto mengungkapkan, berdasarkan fakta persidangan kala itu, Kopda Santoso diberi cairan herbal buah kecubung racikan Yulianto si Jagal Kartasura sebelum dieksekusi. Setelah diminumi cairan itu, korban tidak langsung dieksekusi Yulianto.
“Korban dipijat Yulianto dalam keadaan telungkup. Dipijat dari pundak ke bawah, lalu naik lagi ke punggung, pundak dan leher. Yulianto memijat sambil ngobrol. Saat di leher itu korban dipiting sampai meninggal,” ujar Sutarto mengungkapkan proses eksekusi korban dukun pijat Sukoharjo itu.
Untuk mengetahui ragam perkembangan peristiwa regional, nasional dan mancanegara terupdate, ikuti terus rubrik Berita Hari ini di Djawanews.