Djawanews.com – Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menyebut ada upaya pembajakan partainya oleh sosok 'tanpa perahu'. Kepentingannya cuma satu, yakni Pemilu 2024. Rumor kudeta pun kini kembali menyapa Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Cak Imin mengklaim dia tak tahu isu kudeta tersebut. "Enggak dengar saya, enggak pernah dengar saya. Enggak ada. Indikasi ke arah sana enggak ada," katanya, Rabu, 18 Mei.
Namun di sisi lain, lewat akun Instagramnya, Muhaimin Iskandar mengunggah pesan sarat politis lewat foto sebuah kaus bertuliskan "NU Kultural Wajib Ber-PKB, Struktural Sakarepmu". Unggahan yang sejurus kemudian direspons Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
"Ya, tidaklah [wajib pilih PKB]. Itu pilihan hak demokrasi masing-masing," ujar Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi merespons 'nyanyian' Muhaimin Iskandar.
Cak Imin Sebut PKB Punya 13 Juta Pendukung Solid
Unggahan itu dibuat Muhaimin Iskandar di tengah isu perseteruannya dengan PBNU. Konon bermula saat Muhaimin Iskandar menyatakan bahwa PKB memiliki sekitar 13 juta pendukung solid dan tidak terpengaruh siapa pun, termasuk Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya.
Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menilai unggahan Cak Imin sebagai bentuk kepanikan. Hal ini terkait dengan potensi hilangnya suara NU untuk PKB di tengah perseteruan tersebut.
"Ya saya kira itu bentuk kepanikan Cak Imin akan kehilangan basis konstituen NU, karena PKB sangat identik dengan PKB-NU, bahkan NU itu ya the one and only konstituennya PKB, karena PKB itu kan partai politik yang dilahirkan dari rahim NU meski ada partai lain yang basis pemilihnya sebagian NU seperti PPP, tapi paling kentara dan kental ke-NU-annya ya PKB," tutur Adi pada Rabu, 18 Mei malam.
Adi mengakui kepanikan ini dimulai saat Gus Yahya menyatakan bahwa dirinya tak mau organisasinya dipakai sebagai alat politik partai politik mana pun, termasuk PKB. PBNU juga pernah mengingatkan posisi PKB soal safari ke pengurus cabang NU untuk meraih dukungan dalam pencapresan.
"Tentu PKB sangat dirugikan, artinya pada level struktural Cak Imin ini berkonflik dengan elite-elite NU, di tengah suasana politik semacam ini tentu Cak Imin ingin perang terbuka dengan NU bahwa urusan struktur ya Cak Imin angkat tangan, tapi pada level kultural itu harus pilih PKB," ucap Adi.
Adi lantas menilai upaya Muhaimin Iskandar untuk bisa menggandeng NU kultural tak bisa dengan mudah dilakukan. Sebab, NU kultural dan struktural ini sejatinya masih saling terkait.
"Dalam tradisi orang NU sering kali sami'na wa atho'na terhadap pengurusnya. Karena NU struktural itu rata-rata adalah elite yang ada di NU dan mereka juga ustaz, ulama, tokoh agama yang punya penetrasi ke kultural, jadi itu rumitnya," kata Adi.
Menurut Adi, Muhaimin Iskandar pun menyadari bahwa konfliknya dengan PBNU dapat berpengaruh besar bagi suara PKB di Pemilu 2024. Sebab, bagaimanapun juga Muhaimin Iskandar tetap berharap partainya tetap mampu memperoleh suara yang signifikan.
"Sulit karena konfliknya sudah mulai mengeras, karena sudah saling perang kan di media secara terbuka," ujarnya.
Kekhawatiran Cak Imin Soal Pemilu 2024
Terpisah, pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Rahardjo Jati menyebut bahwa unggahan Cak Imin di akun Instagramnya itu adalah sebuah upaya persuasif kepada warga NU.
"Bentuk upaya persuasif bahwa PKB adalah jiwa politik tunggal bagi warga nahdliyin seutuhnya karena partai ini juga lahir karena restu para kiai kharismatik," kata Wasisto.
Kendati demikian, Wasisto juga mengamini bahwa unggahan tersebut juga menunjukan ada rasa kekhawatiran dalam diri Muhaimin Iskandar. Kekhawatiran ini, kata Wasisto, terkait dengan potensi tergerusnya suara warga NU untuk PKB. Terutama, sejak munculnya konflik Muhaimin Iskandar dengan PBNU.
"Mungkin lebih tepatnya kekhawatiran. Hal itulah yang direspons Cak Imin untuk mengingatkan bahwa PKB dan Nahdllyin itu satu kesatuan kultural," ujarnya.
Wasisto turut menyampaikan bahwa dalam situasi ini Muhaimin Iskandar juga menyadari betapa pentingnya suara NU bagi PKB untuk Pemilu 2024. "Saya pikir suara nadhliyyin tetap memegang peran penting dalam elektabilitas PKB. Hal itu yang mendorong Cak Imin agar nahdllyin sendiri tidak melupakan PKB sebagai alat perjuangan politik santri," pungkasnya.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.