Jokowi menetapkan Fachrul Razi sebagai menteri agama di Kabinet Indonesia Maju. Penetapan tersebut mendapat sorotan publik karena latar belakang dan profil Fachrul Razi dinilai tak sesuai dengan jabatannya.
Presiden Jokowi telah menetapkan sejumlah nama untuk membantunya dalam Kabinet Indonesia Maju. Penetapan tersebut diumumkan pada hari Rabu, 23 Oktober 2019 di beranda depan Istana Merdeka. Salah satu tokoh yang mendapat sorotan adalah Jenderal Purnawirawan TNI Fachrul Razi. Ia ditetapkan menjadi Menteri Agama periode 2019-2024. Penetapan tersebut ternyata mendapat beberapa reaksi negatif dari masyarakat. Profil Fachrul Razi dan latar belakangnya dianggap tak sesuai dengan jabatan yang diembannya.
Latar belakang dan Profil Fachrul Razi Dianggap Tak Sesuai dengan Jabatannya
Salah satu kritikan diungkapkan oleh Sumanto Al Qurtuby, seorang akademisi yang berasal dari Batang, Jawa Tengah. Melalui akun Facebooknya, dosen antropologi di King Fahd Petroleum University, Arab Saudi tersebut mengungkapkan pendapatnya.
Dalam statusnya, Sumanto mengungkapkan barisan kabinet yang dipilih Presiden Jokowi didominasi oleh kalangan politisi, pengusaha, praktisi, dan tentara/polisi. Kabinet yang sekarang, katanya, tidak ada yang dianggap sebagai representasi NU atau kalangan santri/pesantren. Posisi Menteri Agama yang selama ini dijabat oleh kader NU justru jatuh ke tangan militer.
Dosen Antropologi itu juga mempertanyakan latar belakang Fachrul Razi, yang menjadi ahli stategi militer namun menjabat sebagai menteri agama.
“Fazhrul Razi dikenal sebagai “ahli strategi militer”. Lalu, mau ngapain di Kemenag? Mengatur strategi perang melawan “radikalisme Islam”? Sarang kelompok Islamis radikal bukan di Kemenag tapi di Diknas, BUMN, Kominfo, Kemenpan, atau mungkin Kemenhan. Kemenag isinya para santri atau sarjana Islam moderat IAIN/UIN yang justru selama ini berperang melawan kelompok “Islam radikal”, tulisnya dalam status Facebook pribadinya, (23/10).
Menengok Sekilas Profil Fachrul Razi dan Kiprahnya
Terlepas dari apa alasan Presiden Jokowi menunjuk Fachrul Razi sebagai Menteri Agama, pensiunan jenderal tersebut sebenarnya memiliki rekam jejak yang baik di militer. Bahkan, jabatan terakhir yang diembannya yakni Wakil Panglima TNI peridoe 1999 hingga 2000.
Pria yang lahir di Aceh pada 26 Juli 1947 itu juga sempat memegang beberapa jabatan strategis di militer. Jenderal jebolan Akademi Militer tahun 1970 itu pernah menjabat sebagai Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang 1 Kostrad. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Asisten Operasi KASAD, Kepala Staf Daerah Militer VII/Wirabuana, dan Gubernur Akademi Militer.
Fachrul Razi juga pernah menjadi Kepala Staf Umum ABRI pada tahun 1998-1999. Lalu di tahun 1999, ia menjadi Sekertaris Jenderal Departemen Pertahanan, dan terakhir jadi Wakil Panglima TNI.
Tidak hanya menduduki sejumlah jabatan di dunia kemiliteran, Fachrul Razi juga sempat terjun ke dunia bisnis sejak ia tak aktif lagi di militer. Ia pernah menempati posisi sebagai Presiden Komisaris PT Central Proteina Prima (CPP), Tbk. dan Presiden Komisaris PT Aneka Tambang, Tbk. (2015).
Bahkan, Fachrul Razi juga menjadi komisaris di salah satu perusahaan yang didirikan oleh Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan, yakni PT Toba Bara Sejahtera Group.
Tidak cukup terjun di dunia kemiliteran dan bisnis, Fachrul Razi juga terjun di dunia politik. Bisa dibilang, Fachrul Razi ikut terlibat dalam pendirian Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) pada tahun 2006. Ia mendirikan partai tersebut bersama Jenderal (Purn) Wiranto.
Lalu pada Pilpres tahun 2009, lelaki yang kini menjabat sebagai Menteri Agama tersebut memberikan dukungannya kepada Jusuf Kalla-Wiranto sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. Lalu saat masa kampanye Pilpres 2019 lalu, ia menjadi salah satu koordinator pendukung Jokowi-Ma’ruf dengan memimpin Tim Bravo 5.
Terkait alasan Presiden Jokowi menunjuk Fachrul Razi sebagai Menteri Agama, ia sendiri mengaku tak mengetahuinya. Namun, saat ditanya wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta (23/10), ia berusaha menabak-nebak. Mungkin, katanya, karena suka ibadah dan suka ceramah, temanya Islam damai dan toleransi serta persatuan kesatuan.