Djawanews.com – PLTU Celukan Bawang masih menjadi pembangkit listrik yang menyuplai kebutuhkan dasar energi di Pulau Dewata Bali. Hal tersebut diketahui melalui pernyataan Gubernur Bali Wayan Koster dalam Rapat Paripurna DPRD Provinsi Bali.
Koster menegaskan, jika ke depannya Bali harus mandiri dalam urusan energi. Hal tersebut harus dilakukan, lantaran Bali saat ini masih mengandalkan pasokan listrik dari Jawa (melalui kabel laut) sebanyak 400 MW.
PLTU Celukan Bawang, Suplai Paling Besar bagi Kebutuhan Listrik Bali
Saat ini kapasitas terpasang di Bali adalah 1.440,85 MW. Dari kapasitas tersebut PLTU Celukan Bawang memberikan suplai paling besar yaitu 426 MW, sisanya disuplai beberapa pembangkit listrik di antaranya PLTG Pesanggaran (201,60 MW), PLT EBT (2,4 MW), dan PLT BBM (Gilimanuk, Pemaron dan Pesanggaran) 410,85 MW.
“Saya kira di Bali memang sudah sangat mendesak dan perlu kita desain secara terencana agar kita ini mulai menyiapkan Bali mandiri energi,” jelas Koster.
Pernyataan Konster tersebut disampaikan saat dirinya menjelaskan Ranperda Tentang Rencana Umum Energi Daerah Provinsi Bali Tahun 2020-2050 (RUED-P) dalam Rapat Paripurna DPRD Provinsi Bali, di Gedung Dewan, (29/6/2020).
Konster menjelaskan, dari kapasitas terpasang hanya 927,20 MW daya yang mampu dihasilkan, sedangkan beban puncak tertinggi sebesar 920 MW. Hal tersebut membuat cadangan kelistrikan di Bali hanya 0,77%.
“Ini masuk kategori sangat kritis. Pasalnya, cadangan aman adalah minimal 30% dari beban puncak,” tegasnya.
Meskipun PLTU Celukan Bawang saat ini memberikan suplai terbesar bagi kebutuhan listrik di Bali, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan jika Bali masih mengalami krisis energi di masa depan.