Tidak seperti PLTU lain, PLTU Celukan Bawang menggunakan teknologi canggih sekaligus ramah lingkungan. Salah satu teknologi tersebut adalah teknologi ultra-super critical (USC).
Organisasi Lingkungan Global, Greenpeace, hingga kini masih sering melayangkan protesnya terhadap PLTU Celukan Bawang, Bali. Protes tersebut dikaitkan dengan pencemaran udara di Bali. Di sisi lain, tidak banyak masyarakat yang mengetahui bahwa PLTU Celukan Bawang menggunakan teknologi canggih sekaligus ramah lingkungan.
Pembangkit Listrik ini berada di Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Resmi beroperasi pada tahun 2015, dengan kapasitas sebesar 426 MW. Dalam pembangunannya, PLTU Celukan Bawang dikerjakan oleh China Huadian Engineering Co, Ltd (CHEC), Merryline International Pte. Ltd (MIP) dan PT General Energy Indonesia (GEI). Perusahaan tersebut dinilai sangat kompeten dalam pembangunan pembangkit listrik.
PLTU Celukan Bawang Gunakan Teknologi Ultra Super Critical (USC)
Sejak tahun 1950-an, pembangkit listrik di seluruh dunia menggunakan teknologi pemanas (boiler) konvensional, termasuk pembangkit listrik di Indonesia. teknologi pemanas konvensional tersebut dikenal dengan teknologi Subcritical boiler.
Pembangkit listrik berteknologi Sub-critical sendiri digunakan karena beberapa alasan. Misalnya, teknologi ini dinilai bekerja lebih cepat. Selain itu, teknologi Sub-critical juga memakan biaya produksi yang lebih murah. Di sisi lain, emisi yang dihasilkan dari pembangkit terlalu tinggi, sehingga akan sangat berdampak pada lingkungan.
China sebagai negara mitra Indonesia dalam pembangunan PLTU Celukan Bawang tidak menggunakan teknologi konvensional tersebut. Dilansir dari mariaproperti.co.id, PLTU Celukan Bawang mengusung teknologi canggih sekaligus ramah lingkunganyang dikenal dengan nama Ultra Super Critical (USC).
Tak banyak pembangkit listrik yang menggunakan USC. Di dunia, hanya ada sebanyak 3% pembangkit listrik yang menggunakan teknologi ini. Jarangnya penggunaan teknologi ini membuat informasi dan pengetahuan mengenai kegunaan teknologi tersebut jadi minim.
Salah satu manfaat Ultra Super Critical adalah ia mampu meminimalisir karbon pembuangan PLTU Celukan Bawang. Pembangkit listrik tenaga uap memang mengalami perubahan baru, terlebih dalam 10 tahun terakhir. Teknologi subcritical, yang biasanya digunakan dalam pembangkit uap kuno, kini mulai ditingalkan dan diganti dengan teknologi USC yang lebih modern.
Bisa dikatakan, teknologi USC ini mampu meningkatkan efisiensi penggunaan batu bara dibanding teknologi konvensional. Hal tersebut disebabkan karena teknologi ini memiliki tekanan dan temperatur uap lebih besar, sehingga efisiensinya mendekati 50%. Teknologi USC juga memungkinkan penurunan gas emisi CO2 sampai sepertiga dari emisi yang dihasilkan pembangkit listrik teknologi Sub-critical.
Terkait laporan Greenpeace terhadap PLTU Celukan Bawang, China Huadian Engineering Co, Ltd sempat memberikan keterangannya. Keterangan tersebut diutarakan melalui sebuah surat, tertanggal 20 September 2019 yang diunggah oleh business-humanrights.org.
Dalam surat keterangan yang dikeluarkan, CHEC mengatakan bahwa pihaknya telah mematuhi peraturan hukum yang relevan di Indonesia dan juga standar internasional. Mereka juga mengatakan, saat ini, data pemantauan lingkungan dari pembangkit listrik di Bali menunjukkan bahwa tingkat emisi PLTU Celukan Bawang jauh lebih rendah dari standar yang ditetapkan. Sehingga aman untuk lingkungan.