PLTA Saguling diprediksi tidak akan berumur panjang.
Siapa yang menyangka jika pencemaran lingkungan akan berpengaruh terhadap usia Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Salah satu PLTA yang terkena dampak pencemaran adalah PLTA Saguling.
Mutu Air di PLTA Saguling Mengkhawatirkan
Berdasarkan pemaparan Pikiran Rakyat (28/8/2019), usia tiga waduk yang bersumber dari aliran Sungai Citarum tidak berumur panjang, salah satunya adalah Waduk Saguling.
Peneliti Utama Bidang Konservasi Perairan Darat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gadis Sri Haryani, menyatakan jika kondisi tersebut diakibatkan adanya sedimentasi pada waduk yang semakin tebal.
Sedimentasi yang tidak ditangani secara maksimal, maka akan membuat perusakan pada turbin PLTA. Kemudian waduk yang seharusnya dapat berfungsi hingga 50 tahun menjadi berusia lebih pendek.
Penanganan PLTA dengan demikian harus diperhatikan lebih cermat. Pada kasus PLTA Saguling, sumber air yang berasal dari Sungai Citarum harus diperbaiki kondisinya.
Pencemaran air sungai oleh berbagai limbah, terutama limbah kimia tentu akan mengakibatkan turbin mengalami korosi. Kondisi Waduh Saguling yang digunakan untuk kebutuhan seahari-hari seperti mandi, mencuci, dan membuang kotoran memiliki potensi pencemaran lebih.
Laju sedimentasi di Waduk Saguling sudah mencapai 4,2 juta meter kubik per tahun. Kompas pernah memaparkan jika penanganan pencemaran dan sedimentasi tidak serius, maka sisa usia Waduk Saguling diperkirakan tinggal 27 tahun. (8/11/2013).
Berdasarkan sejarah pembangunan Waduk Saguling berawal dari gagasan insinyur Belanda, Prof. Ir. W.J. van Blommestein, yang bertujuan memajukan semua pengairan di Jawa Barat.
Riset dari proyek pembangunan sendiri sudah berlangsung pada tahun 1920-an dengan mengumpulkan data-data di aliran Sungai Citarum. Kemudian pada tahun 1948 baru muncul rencana pembangunan Waduk di aliran Sungai Citarum.
Meskipun demikian, pembangunan pertama dalah Waduk Jatiluhur lantaran dinilai lebih mendesak dalam pemanfaatannya. Setelah Waduk Jatiluhur dibangun kemudian dibangun beberapa waduk tambahan, salah satunya Waduk Saguling.
Waduk Saguling sendiri pada awalnya memiliki nama Waduk Tarum. Pembangunan Waduk Tarum diawali dengan kontruksi bendungan di Desa Saguling, Kecamatan Saguling pada tahun 1980-1986.
Saat itu pembangunan diinisiasi oleh konsultan desain bendungan dari New JEC (Jepang) dan PT. Indra Karya, sedangkan kontraktor pembangunan dilaksanakan oleh Dummer Travaux Publics (Prancis) dan PT. Raya Contractor.
Pembangunan Waduk Saguling tidaklah murah, dibutuhkan dana 662.968.000 Dollar AS untuk membangun waduk tersebut.
Pembangunan Waduk Saguling yang kemudian dijadikan PLTA Saguling harus meratakan 49 desa yang saat itu didominasi oleh lahan pertanian. Sebanyak 12.00 keluarga harus pindah dari desanya dan melakukan transmigrasi.