Djawanews.com – Penerbangan domestik Yeti Airlines jatuh di Pokhara di Nepal pada Hari Minggu, 15 Januari. Kecelakaan udara ini menewaskan sedikitnya 68 orang dan menjadi kecelakaan udara terburuk dalam tiga dekade di negara kecil Himalaya itu.
Pesawat itu terbang dari ibu kota Kathmandu ke Pokhara, kota terpadat kedua di negara itu dan pintu gerbang ke Himalaya, lapor media pemerintah The Rising Nepal. Pokahara terletak sekitar 129 kilometer di sebelah barat Kathmandu.
Pesawat terakhir melakukan kontak dengan bandara Pokhara sekitar pukul 10.50 waktu setempat, sekitar 18 menit setelah lepas landas. Itu kemudian turun di Ngarai Sungai Seti di dekatnya. Responden pertama dari Angkatan Darat Nepal dan berbagai departemen kepolisian telah dikerahkan ke lokasi kecelakaan, melakukan operasi penyelamatan, kata otoritas penerbangan sipil dalam sebuah pernyataan, melansir CNN, 16 Januari.
Ratusan petugas penyelamat menjelajahi lereng bukit tempat pesawat yang membawa 72 orang itu jatuh. Tayangan TV lokal menunjukkan, petugas penyelamat berjuang di sekitar bagian pesawat yang rusak. Beberapa tanah di dekat lokasi kecelakaan hangus, dengan jilatan api yang terlihat.
"Separuh pesawat berada di lereng bukit," kata Arun Tamu, seorang warga setempat, yang mengatakan kepada Reuters bahwa dia tiba di lokasi beberapa menit setelah pesawat jatuh. "Separuh lainnya telah jatuh ke ngarai sungai Seti."
Khum Bahadur Chhetri, warga setempat lainnya, mengatakan dia menyaksikan dari atap rumahnya saat pesawat mendekat.
"Saya melihat pesawat bergetar, bergerak ke kiri dan ke kanan, lalu tiba-tiba menukik dan jatuh ke jurang," tutur Chhetri.
Seorang juru bicara Bandara Pokhara mengatakan pesawat itu jatuh saat mendekati bandara, menambahkan bahwa "pesawat melaju di ketinggian 12.500 kaki dan sedang turun normal." Cuaca pada Hari Minggu cerah.
Tujuh puluh dua orang - empat awak dan 68 penumpang - berada di dalam pesawat ATR 72 yang dioperasikan oleh Yeti Airlines Nepal ketika jatuh, kata juru bicara Yeti Airlines Sudarshan Bartaula.
Sedangkan otoritas penerbangan sipil Nepal melaporkan, tiga puluh tujuh adalah laki-laki, 25 perempuan, tiga anak-anak dan tiga bayi.
Otoritas merinci, 53 penumpang dan keempat awak pesawat yang jatuh adalah orang Nepal. Lima belas warga negara asing juga ikut dalam pesawat itu, terdiri dari lima orang India, empat orang Rusia, dua orang Korea dan masing-masing seorang warga negara Australia, Argentina, Prancis serta Irlandia.
Proses pencarian kemarin dihentikan karena malam tiba. Rencananya, pencarian akan dilanjutkan pada Hari Senin Ini, kata juru bicara Angkatan Darat Krishna Prasad Bhandari, menambahkan ratusan responden pertama masih melakukan pencarian terhadap empat orang lainnya yang belum ditemukan.
Terburuk sejak 1992
Kecelakaan pesawat Hari Minggu menjadi kecelakaan udara paling mematikan di Nepal sejak September 1992, database Aviation Safety Network menunjukkan, ketika Airbus A300 Pakistan International Airlines jatuh ke lereng bukit saat mendekati Kathmandu, menewaskan semua 167 orang di dalamnya.
Pada Bulan Juli 1992, kecelakaan maut juga terjadi, melibatkan Thai Airways dan menyebabkan 113 orang tewas.
Mei lalu, penerbangan Tara Air yang membawa 22 orang menabrak gunung Himalaya di ketinggian sekitar 14.500 kaki. Itu adalah kecelakaan pesawat ke-19 negara itu dalam 10 tahun dan kecelakaan fatal ke-10 selama periode yang sama, menurut database Aviation Safety Network.
Diketahui, Uni Eropa telah melarang maskapai penerbangan Nepal dari wilayah udaranya sejak 2013, dengan alasan masalah keamanan.
Negara Nepal di Himalaya, rumah bagi delapan dari 14 gunung tertinggi di dunia, termasuk Everest, memiliki rekor kecelakaan udara. Cuacanya dapat berubah tiba-tiba dan landasan udara biasanya terletak di daerah pegunungan yang sulit dijangkau.