Sosrokartono, Sarjana pertama yang berperan besar dalam mencerdaskan bangsa Indonesia.
Ada sejumlah peristiwa penting yang diperingati pada bulan September mendatang, salah satunya adalah peringatan Hari Sarjana Nasional yang jatuh pada 29 September. Adanya perayaan tersebut ditujukan bagi kalangan akademisi serta peran para sarjana dalam membangun bangsa Indonesia.
Hari sarjana nasional merupakan peringatan yang paling unik di antara peringatan penting lainnya, pasalnya, secara historis belum ada landasan ditetapkannya hari sarjana nasional yang selalu diperingati setiap akhir bulan September.
Kendati demikian, kita tidak bisa mengelak bahwa para sarjana telah berkontribusi penting dalam membangun negeri. di masa lampau, ada Sosrokartono yang merupakan sarjana pertama Indonesia serta menjadi seorang intelektual yang memiliki peran besar dalam mencerdaskan bangsa.
Mengenang Sosorokartono sebagai sosok intelektual di Hari Sarjana Nasional
Dalam ingatan sejarah Indonesia, Raden Mas Panji (RMP) Sosrokartono merupakan orang Indonesia pertama yang melanjutkan studi ke negeri Belanda dan sekaligus menjadi yang pertama meraih gelar akademik di jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur di Universitas Leiden pada 1908.
Sosrokartono sendiri merupakan kakak kandung dar Raden Ajeng Kartini yang merupakan tokoh pembaharu dari kalangan perempuan pada saat itu. Kelak, Sosrokartono juga memiliki peranan besar dalam membangun masyarakat Indonesia.
Pada saat kuliah di Belanda, Sosrokartono tinggal di Breestrat No 95 yang berada tidak jauh dari Rapenburg yang menjadi lokasi Universitas Leiden berada.
Dalam tulisan Yulistyne Kasumaningrum yang dimuat di harian online Pikiran-rakyat.com pada Senin (18/32019) RMP Sosrokartono awalnya mendaftar kuliah di Technische Hogeschool di Delft.
Akan tetapi, Sosrokartono tidak kerasan saat kuliah di sana dan memutuskan untuk pindah jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur di Leiden.
Pada saat itu, Sosrokartono merupakan siswa yang amat cemerlang, tidak heran jika kemampuannya itu menarik minat beberapa profesor kenamaan antara lain Profesor Kern, Profesor Speyer, Profesor De Groot dan Nieuwenhius.
Ia juga sempat didapuk menjadi anggota Royal Institute for Language, Land and Ethnology yang bermarkas di Den Haag. Perlu diketahui, lembaga tersebut merupakan lembaga yang mempelajari dan meneliti kebudayaan suku bangsa di Indonesia.
Selain itu, namanya sempat tercatat dalam pergerakan sosial Indonesia di Belanda. Sosrokartono merupakan salah satu pendiri Indische Veereninging atau Perhimpunan Indonesia. langkah tersebut kemudian diteruskan oleh rekan-rekan Indonesianya di Belanda yakni Moh. Hatta, Sartono dan Iwa Kusuma Sumantri.
Kecemerlangan sosrtokatono lainnya, ia juga pernah menjadi wartawan perang di surat kabar The New York Herald, Amerika Serikat pada saat perang dunia I yang berlangsung pada tahun 1914-1918. Pada saat itu, kakak kandung RA Kartini ini ditugaskan untuk meliput perang di Eropa.
Saat itu, Sosrokartono berhasil menguak informasi perundingan yang dilakukan oleh kedua blok yang sedang berperang. Padahal waktu itu, lokasi perundingan dijaga amat ketat dan tidak sembarang orang bisa masuk.
Namun dengan segala kecerdikannya, Sosrokartono mampu mengulas hasil perundingan tersebut secara lengkap dan dimuat di The New York Herald.
Cara Sosrokartono yang memilih jalan Jurnalistik dinilai sebagai upaya yang efektif untuk mencerdaskan bangsa.
Pada akhirnya, para sarjana Indonesia harus bisa meniru peran penting Sosrokartono sebagai intelektual sejati yang memiliki peran penting untuk memajukan bangsa.
Adanya peringatan Hari Sarjana Nasional dapat menjadi titik balik untuk melakukan evaluasi atas peran akademisi berbagai sektor. Seperti halnya Sosrokartono yang memilih jalur jurnalistik untuk mencerdaskan masyarakat Indonesia.