Djawanews.com – Menteri BUMN Erick Thohir resmi menjadi anggota kehormatan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) pada Minggu (28/11). Erick mengaku merasa terhormat bisa bergabung menjadi bagian dari keluarga besar Banser.
"Suatu kehormatan yang luar biasa, diterima menjadi keluarga besar Banser," kata Erick melalui akun Instagramnya (@erickthohir), Senin, 29 November.
Pengamat politik, Dedi Kurnia Syah Putra, menilai langkah Erick jadi Anggota Kehormatan Banser ini merupakan suatu pergerakan politik.
Menurut Dedi, Banser yang berafiliasi dengan organisasi besar Islam memiliki basis massa besar yang dapat digunakan untuk mendompleng popularitas.
"Kepentingannya adalah untuk menggaet kelompok Banser, kita bisa melihat aktivitas Banser itu berafiliasi dengan NU maupun Ansor yang tentunya menawarkan massa yang cukup menggiurkan bagi elite politik tanah air," jelas Dedi, dikutip dari rmol.id, Selasa, 30 November.
"Bisa saja ke depan organisasi lain tertarik untuk merekrut Erick Thohir," imbuhnya.
Dedi menambahkan, progres pembangunan citra yang dilakukan Erick Thohir karena ada kepentingan dalam Pemilu 2024.
"Saya kira Erick Thohir tidak mungkin membangun citra, reputasi, kalau tidak ada orientasi di tahun politik 2024," paparnya.
Meski demikian, Dedi melihat langkah Erick mengikuti prosesi Diklatsar sebelum dilantik sebagai Anggota Kehormatan Banser terkesan dipaksakan.
"Tetapi dalam kapasitas propaganda politik diperlukan seolah-olah, bahwa Erick Thohir seolah-olah mengalami kaderisasi, padahal ini tidak rasional. Dia bukan kader yang memulai dari bawah kemudian jadi anggota. Dia diminta karena posisinya sebagai Menteri BUMN artinya ketokohannya sudah elite lebih dahulu," tutur Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini.
"Jadi, ada kritik kepada tokoh-tokoh politik hari ini. Mereka tidak perlu memaksakan untuk terlihat menjadi bagian dari kelas rakyat kalau faktanya mereka tidak lahir dari kelas itu," tandasnya.