Djawanews.com – Film KKN di Desa Penari disambut antusiasme yang tinggi dari penikmat film di tanah air. Bahkan film ini disebut sebagai film horor terlaris sepanjang masa.
Film KKN Desa Penari mengambil lokasi syuting di Dusun Ngluweng Kalurahan Ngleri Kapanewon Playen Gunungkidul.
Dalam proses syuting, banyak warga yang dilibatkan menjadi pemain figuran dalam film KKN Desa Penari tersebut. Sejumlah warga Dusun Ngluweng dan sekitarnya yang terlibat, ada yang berperan menjadi hantu dan atau juga menjadi warga biasa.
Dikutip dari suara.com, Subardo (51), salah satu warga dari sekitar 50 warga yang terlibat dalam proses syuting. Di dalam film KKN Desa Penari itu, dirinya dilibatkan menjadi hantu.
Berbagai pengalaman yang dirasakan merupakan hal yang tidak akan bisa ia lupakan selama hidupnya.
"Saya itu didapuk (dilibatkan) jadi hantu. Selain itu saya juga ikut jaga di sini. Ternyata capek ikut syuting itu," kata Subardo, Kamis 19 Mei.
Meski perannya hanya sebentar muncul di layar namun siapa sangka, ia diharuskan untuk berjuang sehari semalam. Selain dirinya, ayah dan ibu mertua, bapak dan ibu kandung juga diminta terlibat dalam film KKN Desa Penari ini.
Ayah dan ibu mertua serta bapaknya mengambil peran menjadi hantu, sementara ibu kandungnya berperan menjadi seorang nenek yang menjemur kain di salah satu rumah warga.
Parahnya, ketika sedang menjalani proses syuting, dirinya tidak boleh berkedip atau bahkan memejamkan mata. Bahkan jika terlanjur berkedip, maka syuting harus diulang kembali.
"Bayangkan mata tak boleh berkedip dalam waktu yang lama. Kami dibayar Rp75 ribu sekali pengambilan gambar," tuturnya.
Yang mengerikan adalah saat ada dua orang yang sempat kesurupan ketika proses syuting berlangsung. Peristiwa ini menimpa salah seorang kru saat syuting di rumah Ngadiyo, rumah utama film tersebut.
"Saya sendiri yang menunggui kru di rumah sakit. Kru [yang kesurupan] itu harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami gangguan pernafasan," katanya lagi.