Salah satu upaya pemrov Jawa Barat (Jabar) menangkal hoax adalah dengan cara bagi-bagi smartphone ke warganya.
Tidak tanpa alasan, Pemerintah Provinsi (Pemrov) Jawa Barat melalui Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) melakukan bagi-bagi ponsel pintar ke warganya.
Bagi-bagi Smartphone untuk Edukasi Warga
Saat ini Diskominfo sudah mulai menyalurkan smartphone yang memiliki aplikasi “Sapawarga” pada 52.193 Rukun Warga (RW) di Jawa Barat. Melalui aplikasi tersebut diharapkan dapat mengedukasi warga Jawa Barat.
Kadiskominfo Jabar Setiaji, dilansir dari bisnis.com, Selasa (13/8) mengatakan jika pihaknya menargetkan seluruh RW dapat mengoperasikan aplikasi Sapawarga hingga November 2019 mendatang.
Kini Diskominfo sedang fokus untuk melakukan Training of Trainer (ToT) dari fitur aplikasi Sapawarga, dengan melakukan uji coba pada beberapa kota dan kabupaten di Jawa Barat.
Setiaji menyatakan jika pihaknya turut melibatkan dinas di kota kabupaten, pendamping desa dan juga relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Ditargetkan hingga Agustus 2019 ada 19 kabupaten (di 130 lokasi) serentak melakukan kegiatan edukasi.
Menurut Setiaji terdapat tiga fungsi aplikasi Sapawarga. Pertama, informasi dari kepala daerah bahkan dari tingkat Gubernur dapat sampai dengan cepat hingga tingkat terbawah atau RW.
Melalui aplikasi Sapawarga, maka informasi yang didapatkan tidak akan simpang siur, mulai dari informasi bencana hingga hal-hal lainnya. Aplikasi tersebut kemudian diharapkan dapat meminimalisir celah masyarkat untuk mengakses informasi hoaks.
Kedua, terkait dengan aspirasi warga. Dengan adanya aplikasi Sapawarga, para warga dapat dengan mudah menyampaikan ide, gagasan atau keluhan mereka. Terakhir atau yang ketiga, adalah sebagai pelayanan publik seperti kemudahan dalam membayar pajak atau retribusi lainnya.
Melalui laman digitalservice.jabarprov.go.id, Sapawarga dijelaskan seabgai portal satu pintu untuk warga Jawa Barat dalam menyampaikan aspirasi, memperoleh informasi, dan mengakses layanan publik.
Sapawarga juga diharapkan dapat mengatasi kesulitan birokrasi, kerumitan administrasi, dan ketiadaan informasi dalam satu aplikasi.
Beberapa fitur Sapawarga di antaranya; pelaporan publik, aspirasi, pooling, survey, broadcast, info harga, info penting, nomor penting, info lelang, e-samsat, administrasi, dan perizinan.
Meskipun tergolong mudah, Setiaji menyatakan jika masih terdapat beberapa tantangan yang mesti dihadapi oleh pihaknya ketika melakukan kegiatan ToT aplikasi Sapawarga ke masyarakat.
Tantangan Diskominfo yang pertama terkait tentang pemahaman cara penggunaan smartphone maupun aplikasi. Hal tersebut mengingat beragamnya usia dan pengetahuan pengguna aplikasi yang berbeda dari setiap individu dalam pengoperasian program Sapawarga.
Kemudian tantangan lainnya adalah terkait dengan pemanfaatan aplikasi Sapawarga. Diskominfo juga khawatir tentang efektifitas aplikasi yang mereka luncurkan.
Tentu ketakutan yang kedua adalah hal yang sangat kontradiksi. Lantas mengapa Diskominfo repot-repot mengadakan program bagi-bagi smartphone gratis, jika keefektifitasannya sendiri masih diragukan?