Djawanews.com - Dorongan pemerintah untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas diduga adanya motif ekonomi. Hal ini disampaikan oleh anggota Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika (Gernas Tastaka) Ahmad Rizali.
“Dipaksa PTM ini agar pertumbuhan ekonomi berjalan. Karena dengan adanya murid masuk, itu semua ekonomi di sekitar sekolah itu akan hidup,” kata dia dalam siaran YouTube VOX Populi Institute Indonesia, Senin (7/6).
Perekonomian Kritis, Tunjungan Guru Bisa Kena Dampaknya
Salah satu ikon yang mendorong laju perekonomian yakni sekolah. Menurut Ahmad Rizali pada masa pandemi seperti sekarang ini, jika perekonomian tidak dihidupkan segera melalui PTM terbatas, maka masalah ekonomi ini akan semakin meluas.
Dia juga memperingatkan bahwa kondisi keuangan yang tengah memburuk ini juga nantinya akan mempengaruhi tunjangan yang diterima para guru. Untuk itu, ia meminta guru untuk bersiap.
“Kawan guru bersiap untuk kondisi terburuk dari tunjangan profesi,” ungkapnya.
Dalam pandangannya, bisa atau memiliki kemungkinan bahwa tunjangan tersebut akan dihapuskan.
“Jangan-jangan nanti itu diutang, kondisi ini mungkin bisa terjadi. Tunjangan profesi pendidik itu dikurangi sampai dihapuskan,” ucap dia.
Di kesempatan yang sama, Wakil Sekjen Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Dudung Abdul Qadir memiliki pandangan lain. Ia menuturkan bahwa penghapusan tunjangan guru akibat pandemi belum akan terjadi. Sebab, negara punya kewajiban melindungi dan memberikan tunjangan kepada guru.
“Bahwa negara harus melindungi para gurunya. Negara harus memberikan penghargaan berupa tunjangan guru yang sudah sertifikasi. Jadi jangan khawatir,” tutup dia.