Krisis energi masih menjadi hantu di Bali, menariknya PLTU Celukan Bawang ternyata mampu mengatasinya.
Seiring berkembangnya zaman, kebutuhan energi semakin meningkat, tidak terkecuali Pulau Bali. Bali memang masih mengalami krisis energi, namun hal tersebut dapat diminimalisir dengan adanya pembangkit listrik di Celukan Bawang.
Celukan Bawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Desa yang memiliki berpotensi sebagai pelabuhan laut tersebut merupakan tempat di mana sebuah pembangkit listrik dibangun.
PLTU Celukan Bawang dan Krisis Energi di Bali
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) terletak di Desa Celukan Bawang, keberadaan pembangkit listrik tersebut sekaligus jalan keluar dari krisis energi yang sudah dirasa sejak tahun 2015 silam di Bali.
Krisis energi di Bali tercatat pada tanggal 21 Februari hingga 1 Maret 2015. Pemadaman bergilir (yang dilakukan selama 1—2 jam setiap harinya) melanda Bali dan melumpuhkan berbagai aktifitas.
Fenomena pemadaman di Bali membuktikan jika pasokan energi listrik masih mengalami kekurangan. PLTU Celukan Bawang yang memiliki total daya listrik 3×142 megawatt (MW), hingga sekarang masih diandalkan sebagai pemenuhan kebutuhan listrik di Pulau Bali.
Defisit yang terjadi pada tahun 2015 tercatat 40—70 MW, dan pada tahun itu puncak beban listrik paling tinggi di Bali adalah 781 MW. Cadangan energi listrik di Bali yang dibutuhkan adalah 130 MW, namun hanya memiliki cadangan listrik sebesar 69 MW.
Kemudian PLTU Celukan Bawang yang berlokasi di wilayah Pelabuhan Celukan Bawang, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali mulai beroperasi pada bulan Agustus 2015.
Pembangunan PLTU Celukan Bawang yang dilakukan pada masa itu, diharapkan dapat membantu ketersedianan dan pasokan listrik di wilayah Bali yang masih sangat terbatas.
Dengna adanya PLTU Celukan Bawang, Bali memiliki kapasitas energi listrik sebesar 1.300 MW yang terbagi dalam beberapa pembangkit listrik, di antaranya PLTDG Gilimanuk (Jembrana) 130 MW, PLTDG Pamaron (Buleleng) 80 MW, PLTDG Pesanggaran (Denpasar) 358 MW, PLTU Celukan Bawang (Buleleng) 380 MW, dan Kabel Laut (Jawa-Bali) 340 MW.
Memiliki pasokan listrik yang bisa dikatakan cukup, tidak menampik kemungkinan jika di masa mendatang, Bali masih membutuhkan energi listrik dengan kapasitas yang lebih besar.
Terlebih Bali yang saat ini memiliki beban puncak 900 MW, harus menggantungkan pada semua pembangkit listrik yang ada. Apabila salah satu pembangkit listrik di Bali sedang melakukan perawatan, maka pemadaman listrik akan kembali dilakukan.
Terkai dengan defisit energi di Bali, membuktikan jika PLTU Celukan Bawang masih vital di Bali. Ironisnya, banyak pihak yang menentang pembangunan PLTU di Bali.