Djawanews.com – Menteri Pertahanan atau Menhan RI, Prabowo Subianto akhirnya memutuskan memilih Dassault Rafale sebagai armada baru untuk angkatan bersenjata di matra udara.
Dikabarkan, Prabowo Subianto berhasil memboyong 42 jet Rafale ke tanah air. Pesawat jet buatan Prancis tersebut diklaim memiliki spesifikasi terbaik di kelasnya.
Hanya saja, sebagai permulaan, produsen hanya akan mengirimkan enam unit jet untuk digunakan TNI Angkatan Udara (AU).
Pembelian Dassault Rafale merupakan satu dari lima kerja sama baru di bidang pertahanan yang disepakati usai pertemuan Prabowo dengan Menteri Angkatan Bersenjata Prancis, Florence Parly di Jakarta, Kamis kemarin. Jet tempur tersebut dibeli dari perusahaan penerbangan Prancis bernama Dassault Aviation.
Kesepakatan itu diteken langsung CEO Dassault Aviation, Eric Trappier dan Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan, Marsekal Muda TNI Yusuf Jauhari.
"Ini sebagai awal dari kontrak yang lebih besar untuk 36 pesawat tempur Rafale berikutnya," demikian bunyi keterangan tertulis Kementerian Pertahanan, Jumat 11 Februari 2022.
Pertanyaan yang kemudian muncul yakni kenapa Menhan Prabowo kepincut Dassault Rafele? Benarkah jet tempur buatan Prancis tersebut memiliki kualitas di atas rata-rata? Mengutip Hops.id berikut spesifikasinya.
Spesifikasi Jet Tempur Dassault Rafale
Dalam laman resmi Dassault Aviation disebutkan jet Rafale memiliki tingkat aerodinamika tinggi, serta kemampuan manuver zero gravity atau G (+9 G atau -3 G) untuk kestabilan terbang. Bahkan, pesawat tersebut bisa menerjang udara hingga 11 G dalam keadaan darurat, dengan laju kecepatan pendaratan 115 knot.
Rafale sebenarnya tak terlalu besar secara dimensi, namun dirasa cukup untuk dipakai bertempur di medan berbukit yang sulit. Hebatnya, dengan ukuran yang tak terlalu besar, pesawat bisa mencapai kecepatan maksimum 2.130 kilometer per jam.
Jet tempur yang telah dibidik Prabowo sejak 2019 tersebut juga telah dilengkapi sistem bantuan-pertahanan terintegrasi bernama SPECTRA, yang bisa melindungi pesawat dari serangan udara maupun darat menggunakan teknologi siliman virtual berbasis perangkat lunak.
Selain itu, Rafale juga ditanamkan sistem Thales RBE2 berjenis passive electronically scanned array (PESA) yang bisa melacak keberadaan lawan melalui pertarungan jarak dekat.
Sementara untuk menunjang pertempuran, pabrikan membekalinya dengan persenjataan lengkap, mulai dari GIAT 30/719B cannon dengan 125 bulatan, rudal jelajah nuklir ASMP-A, peledak yang telah terintegrasi dengan laser, dan perangkat tembak cadangan yang tersembunyi di tubuh pesawat.
Adapun harganya, menurut sejumlah sumber, Dassault Rafel dijual Rp1,5 triliun per unitnya. Maka bisa dihitung, jika Indonesia membeli 42 unit, maka anggaran yang harus disiapkan mencapai Rp63 triliun.