Djawanews.com - Pandemi Covid-19 membuat ekonomi di berbagai negara tertekan. Tak terkecuali di Indonesia.
Penyebabnya adalah karena pembatasan yang dilakukan membuat banyak sektor berhenti. Hal ini berimbas pada tenaga kerja.
Kementerian PPN/Bappenas menyebutkan jika kondisi ini sangat berdampak kepada masyarakat. Tekanan juga dialami masyarakat yang masuk dalam kelompok pendapatan rendah sampai menengah juga mengalami tekanan.
Data dari Bappenas
Kementerian PPN/Bappenas menyebutkan akibat Covid-19 ini ada 26% tulang punggung keluarga yang berhenti kerja. Sementara 50% lainnya mengalami penurunan pendapatan.
Tak cuma itu, masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi juga ada yang mengalami penurunan.
Pandemi ini juga membuat jumlah orang miskin terus bertambah. Selain itu jurang si kaya dan si miskin atau Gini Ratio mengalami kenaikan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia naik 1,12 juta per Maret 2021 menjadi 27,54 juta. Ini artinya ada 10,14% orang miskin di Indonesia.
BPS juga mencatat Gini Ratio atau ketimpangan di Indonesia pada Maret 0,384 atau naik dibandingkan periode Maret 2020 yang 0,381.
Di sisi lain, BPS juga mencatat ada peningkatan pendapatan untuk golongan menengah atas. Kepala BPS Margo Yuwono menyebut jika ada kenaikan penerimaan pajak PPh 14,41% pada kuartal I 2021 dibandingkan kuartal III 2020.
Berdasarkan data BPS, orang-orang menengah ke atas itu memilih untuk menyimpan atau menabung uangnya. Komposisinya tabungan 3,19%, ekuitas 54,83%, dan reksa dana 52,78%.
"Peningkatan pendapatannya tidak dibelanjakan, tapi diinvestasikan di finansial tidak untuk konsumsi," kata Margo.