Djawanews.com – Sebuah fakta mencengangkan diungkapkan oleh Pakar Kebijakan Publik UGM, Subarsono yang menyatakan jika banyak siswa merasa kegiatan sekolah daring atau pembelajaran jarak jauh lebih sulit daripada kegiatan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan survei, para siswa juga mengaku jika materi pembelajaran jarak jauh lebih sulit daripada materi pembelajaran tatap muka. “Sebagian besar siswa mengeluhkan bosan mengikuti pembelajaran daring dan lebih bersemangat mengikuti pembelajaran tatap muka,” terang Subarsono dilansir dari Harianjogja (6/8).
Subarsono menyebut adanya kesenjangan antara desain kebijakan dan operasional penyelenggaraan sekolah daring di level pendidikan dasar menengah. Untuk mengatasi masalah tersebut, ia menekankan perlunya memperkuat kreativitas guru.
Ketika guru lebih kreatif, menurut Subarsono pembelajaran jarak jauh akan lebih menarik dan memotivasi para siswa untuk belajar.
Kendati demikia, Subarsono mengimbau meskipun pandemi berakhir ia tetap merekomendasikan pembelajaran jarak jauh terus dilaksanakan. Selain itu sekolah daring nantinya juga harus ada inovasi pembelajaran agar mengurangi beban siswa.
“Kebijakan pendidikan pembelajaran jarak jauh antara online dan offline sebagai alternatif masa new normal. Sementara itu pembelajaran tatap muka dapat dimulai ketika lingkungan sekolah dinyatakan aman dan ada kesepakatan dengan para pemangku kepentingan,” paparnya.
Selain itu Subarsono juga menyampaikan jika pandemi Covid-19 menciptakan tantangan dan kebutuhan inovasi pembelajaran dengan teknologi. Oleh karenanya, dirinya mengimbau agar kolaborasi antara sekolah dengan orang tua dalam pendidikan perlu diperkuat.
Apakah sekolah daring berhasil atau malah merepotkan? Jangan lupa simak berita menarik lainnya hanya di Warta Harian Nasional Djawanews.