Ikan hasil tangkapan nelayan di karawang tidak bisa dimakan karena bau minyak.
Insiden minyak tumpah di karawang berbuntut nestapa bagi para nelayan di perairan karawang. Adanya tumpahan minyak tersebut dikarenakan bocornya sumur minyak milik pertamina pada 12 Juli lalu.
Tumpahan minyak yang mencemari 12 desa di Karawang dan Bekasi serta tujuh pulau di Kepulauan seribu itu juga berdampak terhadap pendapatan bagi para nelayan. Sebab, hasil tangkapan ikan para nelayan turun drastis akibat tumpahan minyak yang mencemari lautan.
Insiden minyak tumpah sebabkan ekonomi warga anjlok
Dikutip dari CNNIndonesia.com, para penduduk desa di tepi laut Karawang tak bisa lagi menjadikan ikan hasil tangkapan sebagai lauk. Pasalnya, ikan hasil jaringan nelayan di laut Karawang tersebut ternyata bau minyak.
“Kalau nelayan sekarang (makan) tempe sama telur,” papar Usman nelayan asal Desa Sungai Buntu, Karawang, Jawa Barat, Selasa (20/8/2019).
Usman berterus terang, saat ini dirinya harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk membeli telur dan tempe karena hasil tangkapannya tak layak untuk dikonsumsi.
“Ya lebih mahal (telur-tempe). Kalau dapat (ikan) sendiri mah enggak beli,” kata Usman.
Di sisi lain, para pedagang ikan laut juga ikut menjadi korban dari tumpahnya minyak di Karawang, karena ikan yang mereka jual tidak lagi diminati masyarakat untuk di konsumsi. Akibatnya para pedagang ikan ini pun menyiasati barang daganganya agar tetap bisa berjualan.
“Ya paling sekarang mah ikan dari empang doang, ikan bandeng, kayak udang, bukan ikan laut,” terang Dyah penjual ikan bakar yang membuka lapak di pinggiran Pantai Pelangi Karawang. Seperti dikutip dari CNNIndonesia.com.
Sejak peristiwa bocornya sumur minyak milik pertamina, pendapatan Dyah ikut terjun bebas hingga 10 kali lipat. Kini perhari Dyah hanya mampu mendapat pemasukan paling banyak Rp 200.000 hingga Rp.500.000 perhari.
“Kalau sekarang, sabtu, minggu mah enggak bisa diandelkan,” terangnya.
Sementara itu, pihak PT Pertamina telah melakukan berbagai cara untuk menyetop kebocoran minyak mereka. Perseroan menargetkan penanggulangan kasus minyak tumpah akan rampung pada bulan 10 mendatang.
Mereka mengatakan pihaknya saat ini tengah kesulitan untuk menutup sumber kebocoran dari sumur yang bermasalah. Oleh sebab itu, penanganan kebocoran minyak tersebut menjadi tersendat dan membutuhkan waktu yang lama.
Untuk mengatasi kebocoran, pihak pertamina telah melakukan metode pengeboran miring sumur terarah guna menutup sungai yang bocor.
“Sumur eksisting yang sedang bermasalah ini (YYA-1) akan dimatikan dengan membuat lubang baru dari jarak aman sampai ke titik yang akan di-intercept (sumbat),” kata Ifky Sukarya selaku Vice Presiden Relations PHE.
Selain tu, pihak Pertamina juga berjanji akan memberikan kompensasi bagi masyarakat yang terdampak kasus pecemaran lingkungan akibat minyak tumpah pertamina.