Innalilahi! Kabar duka baru saja datang dari dunia hiburan Tanah Air. Salah seorang musisi senior, Djaduk Ferianto meninggal dunia pada Rabu (13/11) dini hari. Kabar kepergian musisi senior tersebut disebar oleh sang kakak, Butet Kertaredjasa lewat akun instagrammnya.
“RIP. Djaduk Ferianto,” tulis Butet di akun instagramnya, @masbutet.
Meninggalnya Djaduk mengejutkan banyak pihak, pasalnya Djaduk dijadwalkan akan manggung di Ngayogjazz pada Sabtu (16/11) pekan ini.
Selama hidupnya, Djaduk dikenal sebagai seniman multitalenta asal Yogyakarta yang lahir pada 19 Juli 1964. Ia wafat pada usia 55 tahun. Selamat jalan, Djaduk Ferianto.
Berikut Fakta Sosok Djaduk Ferianto
1. Meninggal di Usia 55 Tahun Akibat Serangan Jantung
Djaduk meninggal pada usia 55 tahun, seperti yang dilansir dari viva.co.id, Djaduk memiliki riwayat jantung. Ia juga pernah didiagnosis untuk pemasangan ring di jantungnya. Namun, Djaduk malah membatalkan rencananya tersebut.
Berdasarkan kabar yang diterima, jenazah Djaduk akan disemayamkan di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, kawasan Bantul. Djaduk akan dimakamkan pada pukul 15.00 WIB di makam keluarga, Kasihan Bantul.
2. Berasal dari Keluarga Seniman
Seniman senior yang meninggal di usia 55 tahun itu lahir dari keluarga yang benar-benar mengerti tentang seni. Seniman musik, Djaduk Ferianto merupakan anak bungsu dari seniman legendaris Bagong Kussudiardja, seorang koreografer dan pelukis senior di Indonesia. Djaduk juga merupakan adik dari Butet Kartaredjasa seorang aktor dan pemain teater.
Sejak 1972, Djaduk sering menggarap illustrasi musik sinetron, jingle iklan, penata musik pementasan teater, hingga tampil bersama kelompoknya dalam pentas musik di berbagai negara. Ia bersama kelompoknya terkenal dengan eksplorasi berbagai alat dan benda sebagai instrumen musiknya.
3. Penggagas Ngayogjazz
Meski terlahir dari keluarga seniman, namun Djaduk tidak mudah dalam mencapai kesuksesannya. Ayah dari lima anak ini sempat mengalami diskriminasi, salah satunya yakni pembedaan antara lokal dan nasional.
Akan tetapi semangat Djaduk dalam berkarya tak pernah pudar, kini terbukti ia mampu menjadi seniman populer di Tanah Air. Selain itu, Djaduk juga giat mengibarkan event Ngayogjazz. Pada 1995 bersama kakanya, Butet dan Purwanto mendirikan kelompok kesenian Kua Etnika.
4. Pernah Memiliki Cita-cita sebagai Dalang
Pada masa kecilnya, Djaduk Ferianto sering mendengarkan radio dan mendengarkan pertunjukan wayang. Tidak lupa juga buku cerita wayang selalu berada di sampingnya.
Berawal dari kecintaanya pada wayang, Djaduk sempat bercita-cita menjadi dalang, bahkan pernag belajar mendalang. Namun, beranjak dewasa ia lebih tertarik untuk terjun ke dunia musik.
5. Perjalanan Karier Djaduk
Pemilik nama asli Gregorius Djaduk Ferianto ini sempat susah payah untuk mengawali kariernya sebagai musisi terkenal di Indonesia.
Perjalanan kariernya dimulai pada tahun 1972, Djaduk sering menggarap illustrasi musik sinetron, jingle iklan, penata musik pementasan teater, hingga tampil bersama kelompoknya dalam pentas musik di berbagai negara.
Di tahun 1978, Djaduk mendirikan kelompok Rheze yaitu kelompok music kreatif dan telah dinobatkan sebagai Juara 1 Musik Humor tingkat Nasional. Pada tahun 1995, ia dan kakanya Butet mendirikan Kelompok Kesenian Kua Etnika atau kelompok music dengan pendekatan etnik modern. Tak sampai disitu saja, di tahun berikutnya ia mulai mendalami music keroncong dan mendirikan Orkes Sinten Remen.
Puncak kesuksesan Djaduk dimulai pada tahun 1996, dimana Djaduk akhirnya bisa muncul di salah satu TV nasional. Djaduk hadir dalam acara Dua Warna RCTI. Dari situlah nama Djaduk mulai naik dan mendapatkan banyak panggilan untuk bermusik. Bahkan, dirinya juga menjadi penata musik di film Petualangan Sherina.
Ada hal maenarik dari diri Djaduk yang cukup mengejutkan. Meski namanya melambung dan mendapatkan banyak panggilan di Jakarta, ia masih tetap ingin tinggal di Yogyakarta. Karena kecintaannya terhadap tanah kelahirannya itu, Djaduk rela bolak-balik Jakarta-Yogkarta.